Ullih Hersandi: Uniknya Muka Asia

Uniknya Muka Asia

Selasa, 1 November 2011

Hari ini aku sangat menyesal karena bangun kesiangan, mungkin karena semalam aku begadang sambil makan kacang dan mie instan. Ketika bangun aku bergegas membangunkan Abeyku yang saat itu masih tertidur pulas di kamarnya. Setelah berhasil kubangunkan dia dengan beribu cara, akhirnya berhasil juga lalu kita menikmati sarapan pagi bersama dengan menu seadanya. Menu sarapan yang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Roti dengan berbagai jenis selai. Sebenarnya kita bisa saja membuat sarapan yang lebih enak, misalnya kentang goreng atau mungkin goreng telur, namun waktulah yang memaksa kita untuk mempercepat segalanya di pagi ini. Tapi meskipun semuanya harus dipercepat di pagi ini, ada satu hal yang tiap paginya gak boleh terlewatkan, yaitu minum teh. Teh adalah hal wajib dinikmati setiap pagi sebelum berangkat ke kampus. Selesai sarapan kami bergegas menuju halte yang letaknya 10 menit jalan kaki, 5 menit lari, dan 2 jam ngesot. Kita ambil pilihan yang kedua yaitu lari, dan untung saja kita masih mendapatkan bus, karena biasanya telat siang sedikit saja, bus akan penuh dan tentu saja kita akan telat. 

Di pagi ini tak ada yang perlu diresahkan, karena rute yang kemarin sudah berhasil aku hafalkan. Aku menikmati perjalanan tanpa beban. Akhirnya aku sampai di halte pemberhentian terdekat dengan tempat TOMER. Aku langsung bergegas menuju tempat TOMER. Sesampainya di sana aku langsung duduk dan mengatur nafas yang terengah-engah sembari melepas lelah setelah lari-lari menuju halte di pagi hari. Sejak tinggal di Turki aku lebih sering menggunakan otot kakiku jika dibandingkan ketika aku tinggal di Indonesia dulu. Di sini aku lebih sering jalan kaki, bahkan jika di total setiap paginya aku menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit jalan kaki, dan karena belum terbiasa kakiku sering terasa pegal setelahnya. Ada satu hal yang paling aku suka dari tempat TOMER ini adalah mereka menyediakan dapur kecil yang di dalamnya terkadang disediakan makanan kecil seperti snack, dan setiap harinya selalu ada sajian teh panas yang bisa kita ambil berkali-kali secara gratis tanpa bayar, dan kebiasaanku setiap pagi sebelum pelajaran di mulai adalah menikmati tiap tegukan teh panas di musim dingin ini. Suhu di luar sangatlah dingin, dan itulah yang membuat nikmat tiap tegukan teh yang aku nikmati ini.  

Siang ini seusai TOMER kita akan meminta OGRENCI BELGESI dari Mudur TOMER kita, untuk proses pembuatan IKAMET. Kita menunggu di dalam kelas, ketika semua teman kita sudah pulang. Satu hal yang aku suka dari negara ini adalah koneksi internetnya yang super cepat. Kebetulan di kelas kami ada komputer yang terkoneksi ke Internet, daripada bosan menunggu lama OGRENCI BELGESInya diproses, kita manfaatkan koneksi internetnya untuk browsing youtube dan melihat beberapa video musik terbaru yang ada di Indonesia, kami juga browsing ke situs MIVO TV, untuk streaming TV Indonesia dari Internet. Telah lama kita menunggu tapi tak ada kabar dari Fatih Hoca mengenai Ogrenci Belgesi kita. Ternyata bukan hari ini jadinya. Padahal tadi Hojam Fatih bilang "11 Dakika" (Menit). Kami pulang dengan tangan kosong, hari ini kita pulang bersama-sama. Aku, Hamzah, Wahyu, dan Irit. Sedangkan Hikmat dan Rosid tidak satu jalur dengan kita. Sengaja kita naik bis bersama, hanya sekedar ingin tau, letak posisi apartement kita masing-masing, dan siapakah yang terjauh di antara kita berempat. Maklum kami belum saling mengerti lokasi rumah satu sama lain, karena kami baru di kota Ankara ini. Selama di perjalanan ada perempuan yang berdiri tepat di sebelahku, dan daritadi dia senyum senyum tanpa alasan, bahkan lebih terlihat seperti orang sakit kejiwaan. Beberapa kali dia menatapku aneh, aku memang tidak melihatnya langsung melainkan melihatnya dari pantulan di kaca bis. Dia sepertinya penasaran dengan sosokku yang sangat eksotis dengan muka asli asia ini. Sepertinya dia ingin menanyakan sesuatu tapi dia belum siap untuk bertatapan denganku. Dari awal aku naik sampai aku turun dia masih saja menatapku. Jika terjadi hal semacam ini, hanya ada 2 pilihan, yang pertama perempuan tersebut tak ada keberanian untuk mengajak ngobrol orang asing, dan yang kedua perempuan tersebut kurang yakin dengan bahasa inggris yang dikuasainya. Mungkin perempuan tadi sekedar  ingin tau, bahasa apa yang kami gunakan, karena terdengar sangat asing ditelinganya. Saat aku berbicara bahasa Indonesia, perempuan tersebut selalu berusaha menahan tawanya.

Ternyata setelah 45 menit perjalanan dari tempat TOMER di Kizilay, Hamzahlah yang pertama turun, 5 menit berselang aku yang turun, sedangkan Wahyu dan Irit masih melanjutkan perlajanannya. Aku turun dari bis dan melanjutkan perjalananku dengan jalan kaki, seperti biasanya. Sekarang aku sudah hafal jalanan sini. Aku tak perlu takut tersesat. Aku nikmati jalan sore di daerahku. Aku liat anak-anak kecil sedang bermain di taman. Akhirnya aku sampai di apartementku. Aku masuk dan langsung istirahat. Sudah bukan hal asing lagi kalau rasa lapar datang ketika pulang dari tempat TOMER, ditambah lagi sekarang sedang musim dingin, tentu saja rasa lapar rasanya dengan setia selalu datang. Aku makan sup kentang yang sudah ada di panci, aku hangatkan lagi, dan kemudian aku lampiaskan semua rasa laparku. Malam harinya aku Sholat Maghrib berjamaah dan setelah itu aku tertidur, mungkin karena kecapekan. Aku bangun sekitar jam 8 malam, dan ternyata sudah ada nasi di panci. Setelah makan malam, aku sholat Isya’ dan kemudian belajar bahasa Turki sejenak sembari mengulang apa yang tadi hoca ajarkan. Ketika hampir tengah malam, aku putuskan untuk segera tidur mengingat besok masih banyak aktifitas yang masih harus aku kerjakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai