Sahabat Bukan Tentang Jarak ataupun Selisih Waktu
Entah apa yang membuatku begitu merasa tak enak badan. Serasa
akan terserang demam. Mulai dari hidung ingusan, sampai kepala yang rasa
sakitnya tak beraturan. Aku tersadar, mungkin inilah efek dari jalan kaki di
pagi hari dari rumah temanku dan kebetulan pagi tadi hujan. Aku hanya bisa
bersandar di sofa kamar bersembunyi di dalam selimut tebal. Sepertinya aku kali
ini tak bisa memaksakan diri untuk pergi ke kampus. Aku hanya istirahat di
kamar, sembari menunggu waktu Dzuhur. Di musim transisi ini cuaca terbilang
cukup ekstrim. Dari yang semula cerah, bisa saja tiba-tiba hujan disertai angin
yang kencang. Selain itu, durasi siang hari perlahan mulai bertambah panjang.
Dua minggu yang lalu waktu Dzuhur masih 11.25 AM, dan sekarang tepat pukul 11.56
AM adzan Dzuhur baru dikumandangkan. Selesai sholat, aku putuskan untuk segera
tidur, karena mungkin ini satu-satunya cara untuk menyembuhkan sakit kepalaku
yang sudah tak karuan.
Menit berganti, tanpa sadar sudah pukul 02.45 PM. Aku
terbangun dengan suasana rumah yang masih terlihat lenggang sepi. Beberapa
teman rumahku juga belum pulang dari kampus. Aku masih terbaring di atas sofa.
Belum genap satu menit aku terbangun dari tidur. Handphoneku di atas meja
bergetar mengeluarkan nada pertanda ada pesan whatsapps masuk. Sigap saja
kuraih handphoneku di atas meja dan kubuka pesannya. Ternyata sebuah pesan dari
seorang sahabatku. Seorang sahabat lamaku yang tak sempat kutemui ketika
kemarin aku pulang ke Indonesia. Mataku langsung terbuka, sisa kantuk yang masih
bersisa langsung sirna entah kemana. Cepat saja kubalas pesannya dengan penuh
semangat sembari menanyakan kabarnya. Maklum, sudah lama kami tak berkirim
pesan atau sekedar bertegur sapa di jejaring sosial. Biarpun kami sahabat
dekat, bukan berarti selamanya harus terkoneksi begitu erat. Dia punya
kesibukan, begitu pula denganku yang punya kegiatan. Aku sangat menghargainya,
dia pun melakukan hal yang sama. Kita memang akhir-akhir ini tak ada
percakapan, namun bukan berarti persahabatan kita terhenti.
Tak lama setelah kujawab pesan darinya, dia pun membalas
dengan menanyakan kabar. Pertanyaan kedua setelah kabar, dia menanyakan kapan
aku pulang. Percakapanpun mengalir begitu saja. Hingga akhirnya, dia memberikan
sebuah kabar bahagia. Bahwa kemarin dia telah diterima kerja, dan sekarang dia
sedang disibukkan dengan aktifitas pengumpulan berkas-berkas yang dibutuhkannya.
Cepat saja karena ikut merasakan bahagia yang sama, aku balas pesannya dengan
mengucapkan selamat, dan mendoakan semoga kerjaannya berkah. Bahagia rasanya
menjadi orang yang dihargai, apalagi ternyata sejauh aku melangkah, dia masih
ingat ada seorang sahabatnya yang terdampar di negeri seberang. Dia masih ingat
untuk menyampaikan kabar bahagia kepada sahabatnya. Dan aku pun ikut bahagia
telah menjadi sahabatnya. Dia menjawab, bahwa dia tak mungkin lupa sama sahabat
baiknya. Dia mulai bercerita tentang perjalanan hidupnya selama 6 bulan
terakhir ini kira-kira. Setelah Dia lulus dari sebuah universitas ternama di
tanah air, dia pun melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Alhamdulillah ternyata
Allah punya cerita indah buatnya, panggilan kerjapun datang setelah dia
melanjutkan pendidikannya. Dengan segala pertimbangan matang, akhirnya untuk
sementara waktu dia berhenti kuliah, untuk mengurus kerjaanya terlebih dahulu.
Aku telah lama mengenalnya sejak kelas 3 SMP. Meskipun dulu
kala SMP tak pernah sekelas, tapi kami sempat berkenalan ketika bulan-bulan
terakhir sebelum lulusan. Aku tak pernah menyesal, mengenalnya ketika
bulan-bulan terakhir sebelum perpisahan. Karena sungguh Maha Besar Allah dengan
segala ketetapan-Nya, Dia kembali mempertemukan kami berdua. Alhamdulillah
Allah menghendaki kami satu kelas setelah masuk SMA. Setahun belajar di kelas
yang sama dengannya kala SMA, cukup membuat kami dekat sebagai sahabat. Aku
paham biarpun dia seorang perempuan, tapi pribadi mandirinya begitu kuat
mengakar. Inilah keputusannya untuk lebih dulu mendahulukan pekerjaan, dengan
harapan kelak bisa membiayai kuliahnya sendiri setelah cukup bekerja. Aku
percaya, sejauh ini keputusannya bisa dia bertanggungjawabkan dengan baik.
Insya Allah kedepannya, pekerjaan yang didapatnya sekarang akan memberikan
nilai positif dan membawa keberkahan untuk dia dan keluarganya.
Aku mengingatkannya untuk tetap memberikan kabar, atau
sekedar bercerita. Tak hanya di saat dia sedang bahagia seperti sekarang, juga
disaat dia sedang terpuruk karena terhimpit permasalahan. Aku sadar, jarak
terkadang adalah kendala hebat dalam sebuah persahabatan, namun bukan berarti
yang jauh tak memiliki solusi untuk setiap permasalahan. Aku sempat bercanda,
jika ternyata musim panas tahun ini aku diizinkan untuk pulang, aku memintanya
mentraktirku makan sekedar untuk selamatan atas kerjaan baru yang diterimanya sekarang.
Pertanyaan candaanku juga dijawab dengan candaan, dia akan mentraktirku dengan
sebuah permen lengkap dengan air minum mineralnya. Seperti biasanya, kami
saling memberikan semangat dan motivasi hebat yang saling menguatkan satu sama
lain. Aku mendukung langkahnya serta mendoakannya semoga pekerjaannya berkah.
Aku juga memberikannya beberapa pesan agar tetap tekun bekerja, mungkin saja ia
akan berjodoh dengan pekerjaan yang didapatnya sekarang. Dia pun melakukan hal
yang sama, memberikan semangat serupa. Menyemangatiku agar segera mungkin lulus
menyelesaikan kuliahku. Aku memintanya untuk jaga diri selama kerja nanti.
Tetap tekun, sabar, dan ikhlas, serta meniatkannya hanya untuk Allah SWT.
Percakapan kami hari ini ditutup dengan saling mendoakan agar segala usaha kami
dimudahkan oleh-Nya, Sang Maha Pemberi kehidupan.
Kami tak pernah menyangka sebelumnya, kalau setelah lulus SMA
akan terpisahkan begitu jauh, hingga ribuan mil dan selisih waktu 5 jam. Ketika
di sini sore, di sana sudah malam. Begitulah kehidupan kami 3 tahun terakhir
ini. Waktu memang berubah, keadaan juga mungkin telah berganti, tapi sebuah
persahabatan yang telah kami tanamkan, Insya Allah akan senantiasa bersemi
walaupun kami untuk sementara terpisahkan dan berjauhan. Persahabatan kami,
intinya saling memahami. Aku memahaminya yang begitu moody, dia pun memahamiku
yang terkadang lupa akan hal-hal penting di antara kami. Kami pun paham,
persahabatan bukanlah sesuatu untuk saling mengekang ataupun dipaksakan. Ada
saatnya kami saling memberikan waktu, ada saatnya kami saling menunggu untuk bertemu,
dan ada saatnya pula kami hanya bisa saling melempar rindu. Beginilah
persahabatan kami sejauh ini, yang akan saling menjaga walaupun berjauhan, yang
akan saling mengingatkan demi kebaikan, yang akan saling menguatkan untuk menatap
masa depan, dan yang akan saling mendoakan agar Allah SWT senantiasa menjaga
persahabatan yang telah sejak dulu kami ikat eratkan.
Untuk
Sahabatku,
persahabatan kita tak ada masalah dengan jarak ataupun selisih waktu.
persahabatan kita tak ada masalah dengan jarak ataupun selisih waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar