Ullih Hersandi: Pentingnya Menjaga Amanah

Pentingnya Menjaga Amanah

Senin, 31 Oktober 2011

Hari ini adalah hari pertamaku berangkat tomer tanpa teman-teman seperjuanganku. Aku berangkat sendiri dari apartement. Pagi itu aku dibangunkan Fatih Abey untuk sholat Subuh berjamaah, setelah sholat Subuh aku tidak tidur, soalnya aku harus mengulang kembali apa yang semalam aku pelajari, karena hari ini ada tes tomerku yang pertama. Aku harus mendapatkan nilai yang maksimal. Aku tak mau mengecewakan diriku sendiri. Aku belajar sampai pukul 07.00 A.M. Setelah itu aku siap-siap dan sarapan. Kemudian aku, Ahmed Abey, dan Ibrahim Abey berangkat bersama. Kita bertiga jalan bersama menyusuri dinginnya kota Ankara.

Di perjalanan banyak sekali cewek-cewek SMA. Saat berpapasan dengan mereka, selalu saja menatapku dengan aneh, sepertinya mereka aneh melihatku berada di antara orang Turki. Bahkan tak sedikit dari mereka yang tersenyum penuh makna. Aku juga senang bisa melihat cewek-cewek SMA di jalan. Sudah lama aku tidak berbicara dengan kaum hawa, aku hanya berbicara dengan guruku. Kuamati setiap sudut yang aku lewati. Kuhafalkan tempat-tempat yang bisa dijadikan acuan. Aku tak mau tersesat saat pulang. Sekitar 15 menit jalan kaki, akhirnya kita sampai di tepi jalan raya. Pertama Ibrahim Abey berpisah dengan kami. Lalu kemudian hanya ada kami berdua. Ahmed Abey tiba-tiba ngobrol dengan cewek yang juga sedang menunggu bis. Ternyata Ahmed Abey menitipkanku ke cewek itu. Bus tujuanku tak searah dengan bus Ahmed Abey. Akhirnya Ahmed Abey berpisah denganku.

Kini aku bersama dua cewek cantik. Selama aku berada di samping mereka, mereka selalu senyum bahkan ketawa melihatku. Seperti ada yang salah denganku, tapi apa aku tak tau itu. Sesekali dia tanya tentang aku. Beberapa pertanyaan bisa aku jawab dengan bahasa Turki, dan sebagian aku jawab dengan bahasa Inggris. Aku sudah diberitahu oleh Ahmed Abey, bis jurusanku adalah nomor 410, 411 dan 412. Di sini ada dua 2 jenis bus, yang pakai ego card dan yang bayar tunai atau biasa disebut degan bus paralı. Aku belum punya ego card, jadi aku harus naik yang bayar langsung. Semua bis yang lewat di depanku selalu penuh, jadi mereka tidak berhenti. Tiba-tiba ada bus ego card yang berhenti, ada tulisannya KIZILAY, dan kedua cewek itu menarikku naik bis. Kita bertiga akhirnya naik bus itu, aku bingung karena aku belum punya ego card, ternyata cewek itu baik hati, aku dibayarin pakai ego card punya dia.

Di perjalanan aku serasa orang hilang. Tak ada satupun yang kutahu, teman baru, supir baru, bus baru, dan rute baru. Aku perhatikan dengan cermat setiap sudut kota, namun tak ada satupun bangunan yang aku kenal. Bus masih saja melaju, sesaat mengerem karena macet. Sepertinya rutenya lebih jauh dibandingkan dengan dari apartment Khoirul Abey. Aku benar-benar merasa kesepian, karena biasanya aku berangkat tomer bersama teman-teman. Tapi sekarang tak ada satupun yang bisa aku ajak bicara. Bus sangat penuh, udara yang sejuk berubah menjadi panas. Tubuhku mulai terasa hangat setelah membeku menunggu bis.

Akhirnya aku mengenali suatu tempat, yaah, tempat yang biasa aku lewati saat berangkat dari Khorul Abey. Akhirnya aku tau, aku mulai tenang. Karena aku takkan tersesat. Tiba-tiba cewek yang menemaniku dari awal menyampaikan suatu hal, dia bilang mereka akan turun di depan, dan aku harus melanjutkan perjalanan, ketika sudah dekat, aku bisa memberitahu supirnya. Dia juga menyampaikan suatu hal ke supir busnya. Cewek itu juga menitipkanku ke cewek lain yang berada di dalam bis. Aku salut dengan orang sini, begitu bertanggung jawab, cewek itu tak ingin aku tersesat, padahal aku sudah tau tempatnya. Sepertinya cewek itu menitipkanku ke supir bus. Akhirnya kedua cewek itu keluar dari bis, tak lupa sebelumnya aku ucapkan terima kasih ke mereka berdua.

Bis kembali melanjutkan perjalanan, dan 5 menit kemudian aku sampai, aku turun dari bis, dan langsung mempercepat langkahku menuju tempat TÖMER. Aku masih punya waktu 15 menit. Kupercepat langkahku, kecepatan jalanku secepat jalan orang Turki asli. Di sini semua orang jalan sangat cepat, mungkin terlatih sejak kecil. Sekitar 10 menit kemudian aku sampai di tempat TÖMER, akhirnya aku sampai juga, aku langsung duduk sejenak sembari melepas lelah. Pelajaranpun dimulai pukul 09.00 A.M., di awal pelajaran guruku memberikan sedikit materi baru dan ulasan tentang materi sebelumnya. Setelah istirahat, ulanganpun dimulai, kita semua diberi selembar kertas yang isinya puluhan pertanyaan. Aku lumayan bisa menjawabnya, tapi ada sedikit masalah dibeberapa point, aku sedikit lupa tentang materi itu. Setelah semuanya selesai, guruku memberikan jawabannya dipapan tulis, dan ternyata jawabanku banyak yang salah. Aku kecewa sekali hari ini. Aku tak berharap banyak dari nilai ulangan hari ini. Tapi sepertinya tak hanya aku yang merasa sedih. Semua temanku juga sepertinya kecewa dengan ulangan hari ini.

Kita semua pulang dengan muka lesu. Aku tak kan menyerah sampai di sini. Jangan panggil aku Ullih kalau aku berhenti sampai di sini. Aku akan berjuang lebih keras lagi untuk ulangan selanjutnya. Aku bergegas keluar dari tempat TÖMER. Kini aku bersama teman-temanku yang dari Indonesia. Kita pergi ke masjid untuk sholat Dzuhur. Setelah sholat kita kembali lagi ke TÖMER, untuk membeli beberapa peralatan tulis, tapi semuanya tidak jadi, mereka pulang, namun aku tak ingin pulang terlalu cepat. Aku ingin berkeliling sebentar, melepas pusing yang ada di kepalaku ini. Aku berkeliling sendirian. Aku masuk toko alat tulis di sebelah tempat TÖMER, dan aku cek harga stabilo dengan merek yang sama, dan ternyata lebih murah di toko depan tempat TÖMER. Aku langsung bergegas ke sana dan kubeli 2 stabilo warna orange dan biru muda, masing-masing harganya 1,75 TL.

Setelah membeli stabilo aku langsung pulang, aku menyusuri jalan yang sama. Aku cari halte yang ada tulisannya 410, 411, atau 412. Tapi sepanjang jalan aku melangkah aku tak menemukannya, akhirnya semakin jauh kumelangkah, dan aku sampai di titik terjauh, aku sampai dibawah flyover yang biasa aku lewati. Aku menemukan halte 410, 411, dan 412. Aku berdiri disitu ikut antrean. Tapi semua bis yang lewat depanku selalu bis yang egocard, karena aku belum punya akhirnya aku beli yang 2,6 TL, untuk 2 kali naik. Saat aku nunggu bisnya, aku ketemu dengan seseorang yang sangat tak asing denganku, dia adalah Khoirul Abey, dia terkejut melihatku berada di situ.

Akhirnya kita berpisah, karena bus Khoirul Abey sudah datang. Aku kembali sendirian. 10 Menit kemudian, setelah membeku menunggu bus, akhirnya datang juga, bus dengan nomor 410. Aku tak peduli bus itu menggunakan egocard, karena aku juga sudah punya ego card. Aku masukkan kartuku dan kemudian pulsa dikartuku berkurang. Sistem yang sangat efisien, pembayaran menggunakan pulsa kartu. Selama diperjalanan kuperhatikan dengan cermat setiap jalan yang kulalui, ternyata ini semua rute baru lagi, Aku tak mengenalnya sama sekali. Aku mulai menenangkan diri. Aku pastikan beberapa kali kalau aku tidak tersesat. 45 menit kemudian aku melihat sebuah jembatan berwarna biru, dan aku ingat aku tadi naik bus dari situ, aku bergegas turun saat bus berhenti di halte, akhirnya aku sampai, aku berjalan menyusuri jalan yang tadi pagi aku lewati.

Sekitar 15 menit kemudian aku sampai depan apartement, tapi aku tidak tau apartementku nomor berapa, Aku asal pencet nomor bel, dan ternyata pintu terbuka, saat aku masuk aku ditanyain ibu-ibu menggunakan bahasa Turki, dan ternyata aku salah pencet nomor apartementnya. Aku malu sekali, dan aku meminta maaf kepada ibu tersebut. Satu persatu tangga kulewati dan akhirnya aku sampai dilantai tiga. Aku baru sadar kalau apartementku nomor 13. Aku pencet bel depan pintu, namun tak kunjung dibuka. Aku kembali turun ke lobby apartement, aku keluar lagi dan memencet tombol nomor 13. Aku naik lagi dan ternyata pintu apertementku terbuka, Fatih abey yang membukakan pintu untukku. Aku lansung masuk, tak lupa kuucapkan salam dan sedikit basabasi ala Turki. Aku masuk kamar dan ganti baju. Menu makan malamku hari ini adalah nasi, seperti di rumah-rumah sebelumnya.

Tengah malam karena perutku terasa sangat lapar, akhirnya aku membuat indomie yang aku bawa dari Indonesia. Tak lupa kusajikan segelas teh hangat. Kunyalakan laptop, disebelahnya teh hangat dan kacang kulit dua kelinci. Setelah puas makan indomie, aku nikmati kacang kulitnya dengan segelas teh hangat. Semuanya adalah citarasa Indonesia, setelah cukup kenyang aku mulai kantuk, dan kubereskan semuanya. Lalu bersiap untuk tidur.

1 komentar:

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai