Ullih Hersandi: First Day at Samsun, Turkey

First Day at Samsun, Turkey


Minggu, 9 Oktober 2011

Saat kita bangun sudah pagi pukul 05.00, namun kita tidak mendapatkan sarapan. Pemandangan saat perjalanan sangatlah indah, aku sangat menikmatinya. Sekitar pukul 07.00 kita sampai di terminal Samsun. Bis yang kita naiki berhenti, dan kitapun keluar. Semua tas dalam bagasi kita ambil, hampir saja kelupaan, jaket kulitku ketinggalan, aku langsung bergegas mengambilnya. Setelah semuanya lengkap, kita duduk menunggu jemputan. Kata Erwin Abi kita akan dijemput Sain Abi, dia orang Turki asli. Sekitar 30 menit kita menunggu, akhirnya Sain Abi nelfon, dan menggunakan bahasa Turki, karena kita tidak mengerti apa yang dia katakan, handphonenya kita kasihkan ke petugas bis untuk ngobrol dengan Sain Abi. Petugas bisnya menjelaskan posisi kita sekarang. Namun telah lama kita menunggu Sain Abi, dia tak kunjung datang. Tepat 45 menit kita menunggu, namun tak ada hasilnya. Kita masih saja duduk di tempat yang sama, di peron 27.


Tiba-tiba, dihadapan kita sudah hadir seseorang yang tak kita kenal sebelumnya. Dia memperkenalkan diri, namanya Fitriyanto Abi, dia yang diberi tugas menjemput kita. Syukur Alhamdulillah ada yang menjemput kita, tak mau menunggu terlalu lama, kita semua bergegas menuju Metro Bis Mini. Karena sebelumnya kita berangkat dari Istanbul menuju Samsun menggunakan bis Metro, jadi untuk transfer dari terminal ke tempat-tempat tujuan menggunakan bis Metro yang ukuran mini. Semua tas dan koper kita masukkan ke dalam bagasi, karena kita datang lebih awal, kita mendapatkan jatah tempat duduk, sedangkan orang-orang yang telat, mereka dengan terpaksa harus berdiri. Aku tidak menyangka, bis dengan ukuran sekecil ini bisa melesat dengan cepat. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di komplek apartement kedua tujuan kita. Sesampainya kita di komplek yang kita tuju, kita turun, dan kita ambil semua tas dan koper yang ada di dalam bagasi. Perjalanan kita lanjutkan dengan jalan kaki. Jalannya menanjak dengan barang bawaan yang tidak sedikit, itu yang membuat kita semua kewalahan. Butuh waktu 7 menit untuk sampai tepat di apartement tujuan kita. Kita masih harus berjuang menaiki anak tanggal hingga lantai 3. Benar-benar hari yang sangat melelahkan. Syukur Alhamdulillah akhirnya kita sampai di lantai 3.


Pintu sudah terbuka, di depan kita terlihat sesosok orang Turki dengan wajah tampan, namanya Oskan Abi, dia Leader di apartement yang akan aku tempati. Kita semua masuk dan istirahat di ruang tamu. Fitriyanto Abi membuatkan kita makanan yang sangat bersahabat dilidah kita. Makanan itu terbuat dari kentang yang dipotong kecil-kecil berukuran dadu, kemudian kentang tersebut digoreng, setelah berwarna kecoklatan, ditambahkan telur yang sudah dikocok sebelumnya. Ratakan telur hingga seluruh kentang tertutup, dan berubah menjadi telur dadar kentang. Untuk melengkapi menu makanan kita pagi ini, ditambahkan saos pedas yang aku bawa dari Indonesia, dan juga roti Ekmek, roti khas Turki yang ukurannya besar. Harga roti itu 60 kurus, atau sekitar Rp.3.000,-. Lengkap sudah menu sarapan kita pagi ini. Seusai memanjakan perut, kita lanjutkan istirahat sejenak. Kita berlima sharing satu sama lain. Banyak hal yang kita tanyakan sama Fitriyanto Abi. Aku sangat kaget, tiba-tiba datang seorang penghuni apartement, dia ngobrol dengan kita menggunakan bahasa Turki, al hasil kita tidak mengerti apa maksudnya. Beberapa kali dia menunjuk piring kotor bekas kita makan. Alhamdulillah Fitriyanto Abi datang, dan mengatasi orang Turki tersebut. Ternyata orang Turki tersebut kecewa, kenapa dia tidak diajak sarapan bersama.


Siang harinya, penghuni apartement yang aku tempati saat ini mulai berdatangan. Mereka mulai memperkenalkan diri, ada yang paling tua diantara mereka, namanya Murat Abi, dia yang tadi pagi marah-marah. Sedangkan yang paling muda dan kecil namanya Murat juga. Yang tubuhnya tinggi dan gagah namanya Yunus Abi, yang paling ganteng diantara semuanya namanya Ozkan Abi. Kita juga memperkenalkan diri kita satu persatu. Kita masih belum paham bahasa Turki. Jadi saat mereka ngomong, Fitriyanto Abi lah yang mentranslatenya. Orang Turki asli tidak bisa bahasa Inggris, mereka lebih bangga dan nyaman menggunakan bahasa Turki mereka. Kita semua berkumpul ngobrol-ngobrol dan Fitriyanto Abi yang jadi penerjemah. Kita semua rencananya sore ini akan diajak jalan-jalan ke laut hitam sama Murat Abi, Oskan Abi dan Yunus Abi. Benar-benar diluar dugaan, laut hitam yang sebelumnya hanya aku lihat di peta, dan sekarang akan aku kunjungi.


Aku sebelumnya memang ingin sekali ke laut hitam. Sekitar pukul 16.00 kita semua berangkat menuju laut hitam yang letaknya tidak jauh dari apartement kita. Cukup jalan kaki kita akan sampai di laut hitam. Mungkin jaraknya seperti dari Kedungwuni sampai ke Pekajangan. Jangan salah, sejauh apapun kita melangkah di Turki, kita tidak akan kepanasan, karena cuaca di sini bener-bener dingin dan sejuk. Sekitar 20 menit kita sampai di laut hitam, cukup cepat karena orang Turki kalau jalan 2 kali lebih cepat dari orang Indonesia, dan kita semua berusaha untuk menyesuaikannya. Sesampainya di laut hitam kita naik kapal, di dalam kapal sudah ada ratusan orang Turki. Kapal yang benar-benar unik, di dalamnya ada meja makan seperti di restoran. Kita naik ke kabin atas, dan di sini juga ada meja dan tempat duduk, ternyata ini kafe. Kita langsung duduk di pinggiran, dan menikmati pemandangan kota Samsun dari tepi laut hitam. Sangat indah dan tertata rapi. Cukup lama kapal berlabuh sembari nunggu penumpang penuh, akhirnya 15 menit kemudian kapal diberangkatkan. Sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata perasaanku saat itu. Tak cukup diungkapkan dengan kata bahagia ataupun senang. Semakin lama laju kapal semakin cepat, dan kita semakin jauh dengan dermaga. Terlihat dari kejauhan kota Samsun nan elok. Menikmati jelang malam di tengah laut hitam. Langitnya yang begitu biru, dan lautnya yang berwarna kehitaman, menyatu dikejauhan mataku memandang, membentuk sebuah gradasi warna yang sangat elok menawan. Perjalanan yang tak kan pernah kulupakan.


Aku sempatkan foto-foto di atas kapal, aku juga membuat video dokumentasi.Hingga malam menjelang kita masih di atas kapal, menikmati terbenamnya matahari dari kejauhan mata memandang. Hingga akhirnya matahari sudah tak lagi terlihat di kejauhan, kita semua turun ke dalam kapal. Di dalam kapal sudah tersedia roti-roti di atas meja. Semua orang mulai mengambil tempat, tak terkecuali kita. Kita semua duduk dan semua penumpang mulai tenang. Acara sudah dimulai, yaitu sebuah pengajian secara tidak langsung, tetapi melalui video, kita menonton video pengajian dari seorang kyai Turki yang mengalami penekanan dari Pemerintah Turki. Kita tidak paham dengan pengajiannya karena menggunakan bahasa Turki, tapi terlihat semua penumpang sangat serius dan hikmat mendengarkan ceramahnya. Aku hanya diam menghormati mereka yang sedang mendengarkan pengajian. Pengajian yang cukup lama dengan durasi 30 menit. Setelah selesai nonton video pengajian, dilanjutkan dengan acara makan malam.


Menu makan malam kali ini lebih enak dibandingkan malam-malam sebelumnya di Turki. Menunya semacam bubur, rasanya seperti gandum, teksturnya lumayan kasar, namun saat ditelan bisa menghangatkan badan. Bubur itu makannya dengan roti yang sudah tersaji di atas meja. Sedangkan minumnya air mineral gelas, dan Ayran. Ayran adalah cairan susu yang difermentasikan, seperti halnya Yoghurt, namun rasanya sangatlah tidak selaras dengan lidah orang Indonesia. Rasanya seperti santan yang sudah 3 bulan diendapkan, alias santan basi. Aku tinggalkan ayran. Aku masih asyik menikmati bubur gandum itu dengan roti. Perut mulai terasa kenyang. Setelah semua selesai makan bubur, masih ada hidangan kedua, yaitu nasi. Kali ini bukan nasi biasa, nasinya berwarna kecoklatan dan berminyak. Seperti nasi kebuli dan nasi goreng, namun ini rasanya lebih enak.Di atas nasinya ada daging kambing muda yang cara masaknya dipanggang. Sumpah enak sekali rasanya. Menu utama yang sangat sempurna. Di atas meja masih ada banyak roti, namun lama kelamaan mulai habis karena diminta penumpang lainnya. Di sini roti adalah bahan makanan utama. Di dalam kapal ini terlihat anak-anak muda yang mondar mandir mengumpulkan sisa roti dari meja-meja penumpang lainnya.


Setelah selesai makan malam, kita semua para penumpang kapal, kembali lagi ke kabin atas untuk menikmati malam yang sangat indah di tengah laut hitam. Terlalu rumit untuk diungkapkan dengan kata-kata, tak ada kata yang tepat selain Sempurna. Perjalanan yang tak kan pernah kulupakan. Aku duduk di tepian kapal sambil menikmati hangatnya segelas the Turki. Sebentar lagi kapal akan berlabuh di dermaga. Sekitar 5 menit kemudian kapal berlabuh, dan kita turun dari kapal, kita langsung bergegas menuju Masjid terdekat untuk melaksanakan sholat Maghrib. Langkah kaki semakin kita percepat, dan berharap waktu sholat maghrib belum telat. Aku masih saja menikmati indahnya malam di dekat laut hitam. Sekitar 5 menit, akhirnya kita sampai di sebuah Masjid. Alhamdulillah kita belum telat untuk melaksanakan sholat Maghrib. Seusai sholat, perjalanan kita lanjutkan, dan untuk yang kedua kalinya kita berhenti di Masjid. Kali ini kita akan melaksanakan sholat Isya’ berjamaah. Karena waktu Sholat Isya’ masih 10 menit lagi, kita duduk-duduk di taman Masjid.Tenggorokanku terasa kering, akhirnya aku minum air keran yang ada di depan Masjid, jangan salah mengira, di sini air keran bisa langsung di minum.


Adzan mulai berkumandang, dan kita semua masuk Masjid. Masjid yang sangat luas, seusai sholat masih ada semacam pengajian. Sekitar 20 menit kemudian kita bergegas kembali ke apartement. Namun diperjalanan, langkah kita dihentikan oleh penjual kue khas Turki. Orangnya terlihat sangat ramah, beliau juga menyalami kita yang dari Indonesia. Syukur Alhamdulillah kita diberi sebungkus kue khas Turki. Lengkap sudah perjalanan malam ini. Akhirnya kita sampai di apartement, dan semuanya berkumpul di ruang keluarga. Setiap malam setelah sholat Isya’ selalu ada acara minum the bersama, karena sudah menjadi tradisi tersendiri. Seperti biasa, setiap kali acara makan atau minum bersama, di atas karpetnya dilapisi kertas koran. Acara minum teh dimulai, kita ngobrol satu sama lain, kita memang tidak mengerti bahasa mereka, begitu juga mereka yang tidak mengerti bahasa kita, namun semuanya terasa menyatu, begitu terasa dekat rasanya. Ketika kita tertawa mereka juga ikut tertawa, begitu juga sebaliknya. Kita menggunakan bahasa tubuh untuk komunikasi, selain itu ada Fitriyanto Abi sebagai penerjemah. Malam kian larut, dan semuanya kembali ke kamar masing-masing. Semua bersiap-siap untuk tidur, begitu juga dengan aku. Buatku ini adalah hari yang sangat sempurna. Aku merasa sangat nyaman di sini. Akupun tertidur dengan sendirinya. Selamat malam kota Samsun.


2 komentar:

  1. ohh, iki to blog.e.. Bagus2..

    BalasHapus
  2. iyoo... iki blog pribadiku... hahaha... thanks sudah menyempatkan untuk berkunjung ke blogku... :)

    BalasHapus

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai