Ullih Hersandi: Rezeki yang Tak Terduga dari Allah

Rezeki yang Tak Terduga dari Allah


Hidup terkadang diluar dugaan, seperti akhir bulan ini begitu jauh dari yang kuharapkan. Di akhir bulan Januari ini, justru berbagai agenda dan anggaran seakan berdatangan. Mulai dari agenda untuk liburan, hingga agenda bersama teman-teman PPI Samsun maupun PPI Turki. Hanya saja, seperti yang telah terlewati sebelumnya, keadaan dan kondisi keuangan sedikit memaksaku untuk tetap bertahan di kota ini. Memang bukan ide buruk untuk menghabiskan liburan di kota Samsun nan damai, namun ada rasa ingin sesekali berkeliling salah satu kota di Turki yang belum pernah kukunjungi. Hari demi hari berganti, tak terasa hampir seminggu penuh aku bertahan di kota Samsun tanpa selangkah kakipun keluar dari kota perbatasan. 

Alhamdulillah biarpun tak keluar untuk liburan, setidaknya ada sahabat yang berkunjung dari luar kota ke Samsun. Momen seperti inilah yang selalu kujadikan momen-momen berkualitas pengganti liburan. 5 Hari mereka tinggal di Samsun untuk berlibur. Di hari terakhir mereka di Samsun, aku sempatkan untuk mengantarnya jalan-jalan, dari daerah pelabuhan di Samsun hingga pusat kota Samsun di Meydan. Sempat aku tinggal mereka 1 jam untuk sholat Jumat. Selesai sholat Jumat, kami makan bersama di sebuah rumah makan yang harganya telah lama bersahabat dengan isi dompet kita sebagai pelajar. Sekitar pukul 01.30 PM jadwal jalan-jalan telah selesai, kemudian kami kembali ke Turkis. Demi menghemat waktu dan biaya, aku bantu mereka mengangkat tas-tas bawaan mereka ke tempat servis menuju terminal.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk jalan kaki dari Mimarsinan, hingga ke tempat servis. Hari ini adalah hari Jumat, dan besok adalah hari Sabtu disaat acara akbar Musyawarah Tahunan (MUSTA) PPI Turki 2015 akan diselenggarakan di Trabzon. Sahabat-sahabatku yang datang dari Gaziantep dan Ankara juga rencananya akan berangkat ke Trabzon untuk mengikuti acara tersebut. Sebenarnya untuk acara seperti ini aku tak begitu tertarik, tapi tetap saja bertemu dengan sahabat-sahabat lama di PPI Turki punya tempat tersendiri yang tak bisa terganti. Tapi apa boleh buat, acara datang dikala dompet sedang tak bersahabat. Kali ini, mungkin aku harus sedikit ikhlas dengan keadaan ataupun kondisi keuangan yang terbilang cukup sekarat. Sedikit berfikir positif, biarlah mereka yang mahasiswa baru untuk ikut merasakan acara akbar itu. PPI Samsun sendiri mengirimkan beberapa anggotanya untuk memenuhi undangan acara tersebut. Hari ini yang bisa kulakukan adalah mengantar mereka para perwakilan PPI Samsun dan sahabat-sahabat yang dari Gaziantep dan Ankara.

Tak berselang lama setelah kami sampai di tempat servis ke terminal. Bus servis yang akan mengantar mereka ke terminal akhirnya datang. Satu persatu barang bawaan mereka aku masukan ke dalam bus. Satu persatu sahabat kami yang berniat untuk pergi ke Trabzon juga telah masuk ke dalam bus. Hanya lambaian tangan yang seakan menujukkan ketegaran dan senyuman yang menggambarkan keikhlasan yang bisa kutunjukkan. Walaupun aku tak bisa ikut ke acara MUSTA PPI Turki 2015, setidaknya ada doaku diantara mereka yang berangkat sekarang. Setelah semua penumpang lengkap, bus servis yang sebelumnya menepi, kini perlahan jalan menuju terminal. Aku pun kembali pulang ke rumah, dengan membawa suasana Samsun yang sepi. Padahal hanya 3 perwakilan yang kami kirimkan, tapi entah kenapa terasa begitu banyak berkurang. Selain itu tamu kita dari luar kota hanya 3 orang, tapi entah kenapa ketika mereka pergi juga ada rasa kehilangan tersendiri.

Selangkah demi selangkah kususuri jalan pulang. Sesampainya di rumah, aku kembali fokus dengan buku hadiah dari Aunty Sally. 3 seri buku karya Tere Liye rasanya telah menantiku sedari tadi. Satu diantaranya telah kuselesaikan, masih ada 2 lagi yang perlu kubaca. Satu buku diantara ketiganya ada yang judul “BUMI”, dan buku itulah yang akan menemaniku semalaman. Kusandarkan punggung di sofa kamar, serasa begitu nyaman mungkin karena seharian disibukkan dengan berbagai aktifitas. Selembar demi selembar kubaca dengan seksama, halaman demi halaman aku pun mulai terjatuh di dalam cerita.

Malam harinya aku masih dengan novel yang sama. Terduduk diam di sudut sofa yang menenangkan. Di temani segelas teh Turki yang tak beraroma namun tetap pekat rasanya. Mungkin inilah yang disebut kebanyakan orang dengan kenyamanan yang takkan pernah ditukar dengan sekarung uang. Bahkan kali ini novel karya sang legendaris tersebut mampu membuatku terlupa dengan handphone. Teriak Wahyu dari ruang tamu, memintaku untuk melihat pesan penting di whatsapp dari Hikmat. Dengan sigap kuraih handphone yang kebetulan berada di atas meja tak jauh dari posisi dimana aku sedang membaca novel ini. Singkat saja kumasukkan password handphone dan dengan cepat jemari ini membuka aplikasi Whatsapp. Sempat terkejut, banyak pesan yang telah masuk. Di deretan teratas masih dikuasai Hikmat dengan pesan terbarunya tentang memintaku untuk datang ke Trabzon mengikuti acara MUSTA PPI Turki 2015 esok hari. Di chat terakhirnya, ternyata permintaan itu datang bukan darinya pribadi, melainkan permintaan khusus dari seseorang. Raut muka yang sebelumnya serius karena terlalu fokus dengan novel yang kubaca, hanya dalam hitungan detik setelah membaca pesan tersebut berubah menjadi ceria penuh semangat.

Aku memang sudah lama mengenal seseorang yang memintaku untuk datang ke acara MUSTA PPI Turki 2015 tersebut. Bahkan orang tersebut juga adalah orang yang pertama kali mempercayakan sebagian tanggungjawabnya untuk kuemban. Memang baru setahun aku mengenalnya, tapi bisa jadi kedekatan kami laksana saudara. Dia adalah seseorang yang bukan dari golongan A juga bukan dari golongan B, dia berdiri di titik netral. Maka dari itulah sejauh ini aku begitu percaya dengannya. Dan Alhamdulillah, di hari yang penuh berkah ini Allah SWT memberikanku rezeki melalui dirinya. Dia memintaku untuk datang ke Trabzon, sekaligus berkenan untuk membelikan tiket pulang pergi Samsun-Trabzon. Seperti biasanya, aku takkan menolak niat baik seseorang. Ketika dia berniat, Allah telah memberikannya satu pahala, dan ketika dia mengerjakan apa yang diniatkannya maka Allah akan melipatgandakan pahala kebaikannya. Akhirnya aku mengiyakan pertanyaan Hikmat, dan kuminta Hikmat untuk menyampaikan jawabanku untuk seseorang tersebut. Untuk sementara aku berniat pinjam uangnya Ancha terlebih dulu untuk membeli tiket berangkat ke Trabzon, karena sekarang ini benar-benar tak ada se-TL pun yang berdiam di dalam dompet kusamku ini.

Aku bergegas berlari menuju tempat pembelian tiket bus. Padahal sore tadi aku baru saja mengantar teman-teman berangkat ke Trabzon dari tempat tersebut, dan ternyata Allah SWT juga akan memberangkatkanku ke Trabzon. Sesampainya di loket tiket, kubeli tiket perjalanan jam 12.30 AM ke Trabzon. Setelah itu, aku balik lagi ke rumah untuk mempersiapkan keperluan ataupun barang-barang yang akan kubawa ke Trabzon. Malam boleh larut, tapi semangatku kali ini takkan pernah surut. Beberapa kemeja favorit mulai kusetrika untuk kupakai di Trabzon nanti. Satu persatu barang bawaan mulai kumasukan ke dalam tas. Setelah semuanya selesai, aku kembali dengan novel yang sempat terhenti karena sebuah pesan yang mengejutkan. Detik berlalu, dan tanpa sadar jam menunjukkan pukul 11.00 PM. Sebelum berangkat kusempatkan untuk makan agar tak terlalu lapar diperjalanan. Sebungkus Indomie menjadi pelengkap semangat malam ini, terlebih dengan dua butir telur yang seakan menjadi penyempurna. Selesai santap malam yang begitu lezat, aku pun mulai berpamitan dengan sahabat-sahabat PPI Samsun yang kebetulan tinggal di rumahku selama liburan ini.


Malam yang begitu tenang berhiaskan bintang-bintang dengan cahaya bulan sebagai penerang jalanan. Dengan bismillah kuawali langkah awal menuju perjalanan ke Trabzon malam ini. Setelah diantar bus servis menuju terminal, aku sempat menunggu 10 menit di terminal sebelum bus perjalananku datang. Seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya, kupilih armada METRO untuk menemani tiap jejak perjalananku selama di Turki. Bus dengan nomor perjalanan yang sesuai dengan tiketku pun perlahan merapat ke terminal. Satu persatu calon penumpang mulai memasukkan barang bawaannya ke bagasi bus. Aku mulai masuk ke dalam, dan mencari nomor kursiku. Setelah kudapatkan, aku langsung duduk dengan nyaman. Perjalanan akhirnya di mulai, bus yang kunaiki perlahan mulai melaju menuju kota penghasil hamsi. Sudah sesuai rencana, kupastikan tidur selama diperjalanan agar esok tak kantuk selama jalannya acara. 5 jam perjalanan, Alhamdulillah mengantarkanku dengan selamat di Trabzon.

Sesuai arahan Hikmat, aku turun di sebuah pemberhentian bernama Moloz. Jika dilihat dari namanya sepertinya sebuah nama peninggalan bangsa romawi. Aku turun di Moloz tepat pukul 04.45 AM. Sempat pinjam handphone seseorang yang duduk di halte untuk menghubungi Hikmat. Dia akhirnya memberikan navigasi untuk ke asrama tempat dimana peserta acara MUSTA PPI Turki 2015 ditampung. Ternyata asrama tersebut tak jauh dari halte bus, sekitar 1 menit jalan kakipun sampai. Dari atas Hikmat meneriakiku memberikan tanda bahwa itulah gedung asramanya. Tak berselang lama menunggu di depan asrama, seseorang datang membukakanku pintu. Dia adalah salah seorang anggota PPI Trabzon, namanya Teuku. Satu persatu anak tangga kunaiki sembari mengamati tiap sudut asrama di hari pagi hari yang masih dini.

Setelah langkah kaki ini sampai di lantai satu, aku langsung bertemu dengan mereka para sahabat-sahabatku di PPI Turki. Diantara mereka juga ada seseorang yang telah kusebut-sebut sebelumnya. Dia adalah mas Arya, memiliki nama lengkap Arya Sandhiyudha. Seorang ketua PPI Turki 2014, yang telah membawa PPI Turki selama setahun ini ke arah yang lebih cerah. Dia juga telah sukses menjalankan program-program hebat yang belum pernah ada sebelumnya sepanjang sejarah PPI Turki berdiri. Banyak program-program baru selama satu tahun masa kepemimpinannya yang hebat, bermanfaat, dan bersahabat. Dengan sigap langkahku mendekat, lalu kami saling berpelukan bak dua sahabat yang telah lama terpisahkan. Benar memang, sepertinya terakhir kali bertemu beliau ketika dulu di program awal PPI Turki tentang kepemimpinan, yang dilaksanakan di Samsun kala itu. Alhamdulillah, kami kembali dipertemukan dalam waktu yang telah Allah atur sedemikian rupa baiknya. Insya Allah pertemuan kami semua di Trabzon adalah langkah awal baru dalam kepemimpinan generasi selanjutnya di PPI Turki.

Allah adalah Maha Perencana bagi setiap insan di dunia. Dia Maha Pemberi rezeki, Dia Maha Kaya. Segala sesuatu dalam kehendak-Nya. Tak ada yang mustahil bagi-Nya, karena Dia-lah Dzat Yang Maha Sempurna. Di hari yang jumat yang penuh berkah, Dia menunjukkan kasih sayang-Nya. Tanpa Dia, mustahil kakiku berdiri di kota Trabzon ini, mungkin saja aku masih terbangun di kota Samsun. Alhamdulillah, Allah masih memberiku kesempatan untuk menjalin silaturahim dengan para sahabat PPI Turki. Dengan segala keterbatasanku, ternyata rezeki dari-Nya tetap mengalir melaui orang-orang terdekat yang kumiliki. Sekali lagi, ketika Dia telah berkehendak, tak ada seorangpun dari kita mampu mengelak. Alhamdulillah, di akhir pekan ini Allah mengantarkanku hingga ke Trabzon untuk mengikuti acara MUSTA PPI Turki 2015. Semoga selalu ada hikmah dibalik kisah.

#Samsun - Turki, 30 Januari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai