Allah Selalu Punya Cerita Indah
Manusia pada hakikatnya di kirim ke dunia
untuk menjadi khalifah. Salah satu diantaranya adalah untuk beribadah
kepada-Nya, Sang Maha Pencipta. Selain itu, juga untuk bersyukur atas segala
nikmat dari-Nya yang sungguh berlimpah tak terukur. Sebagai manusia kita juga
harus bertahan hidup dari berbagai kesulitan dengan perbanyak ikhtiar. Bersabar
dalam menghadapi cobaan juga salah satu yang dianjurkan dalam Islam. Setelah
bersyukur, berikhtiar, dan bersabar; kini berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu
berserah diri di hadapan-Nya, Sang Maha Pemilik kehidupan. Sebagai manusia
biasa kita takkan bisa terlepas dari ikhtiar, diri yang senantiasa mencoba
untuk bersabar, hati dan lisan yang berusaha membiasakan untuk bersyukur, serta
menyerahkan segalanya kepada Allah SWT, Yang Maha Pemilik jagat raya beserta
isinya.
Di tulisan ini, aku akan mencoba
menceritakan sebuah kisah salah seorang sahabat yang lebih senior dariku. Dia
adalah seorang keturunan Aceh yang biasa dipanggil mas Yusuf, dengan nama
lengkap Muhammad Yusuf Islamakova Peudada. Seorang mahasiswa jurusan Teknik
Komputer di Ondokuz Mayis University yang letaknya di kota Samsun Turki. Dia
datang ke Turki sekitar pertengahan tahun 2010. Awal kedatangannya dia telah mendapatkan
beasiswa PASIAD dan diterima di salah satu Universitas yang terletak di kota
Eskisehir, Turki. Dia sempat menuntut ilmu di kota tersebut selama satu
semester, dan dipergantian semester dia mendapatkan kabar bahwa beasiswa MEB (Beasiswa
Pemerintah Turki yang sekarang berubah nama menjadi YTB) yang dia apply
sebelumnya telah diterima. Sepertinya Allah punya cerita lain, dan memasukkan
nama mas Yusuf menjadi salah satu penerima beasiswa MEB dengan jurusan teknik komputer
di Ondokuz Mayis University; di kota Samsun Turki. Setelah mengurus proses
pendaftaran ulang di Ondokuz Mayis University, dia kemudian beranjak pergi ke
sebuah kota Izmir yang letaknya di barat Turki, untuk persiapan bahasa Turki
selama beberapa bulan. Hingga pertengahan tahun 2011 tepatnya awal musim panas
dia telah selesai TOMER (Pesiapan bahasa Turki) dan kemudian langsung menuju
kota Samsun untuk melanjutkan pendidikan S1 nya di jurusan teknik komputer,
Ondokuz Mayis University.
Dia juga adalah mahasiswa Indonesia
pertama di kota Samsun, Turki. Sempat berjuang tinggal sendirian tanpa teman
Indonesia sebelum akhirnya datang 17 mahasiswa Indonesia lainnya untuk kursus
bahasa Turki di Samsun pada tahun 2011 hingga pertengahan tahun 2012. Dengan
memiliki tingkat bertahan hidup yang tinggi, dia mampu menjalani hari demi hari
di sebuah kota yang terbilang cukup sepi. Sejauh yang saya kenal, mas Yusuf ini
memiliki pribadi yang ramah, mudah bergaul, dan berteman dengan siapapun.
Dengan ketiga sifat itulah, dia sangat terkenal di kota Samsun yang cukup luas
ini. Tak berhenti disitu, bahkan kenalannya juga dari berbagai profesi mulai
dari penjual pakaian, koki restaurant, penjual sayur di pasar, hingga para
pengusaha ataupun pekerja kantoran. Mungkin karena hal-hal itulah, dia berhasil
bertahan dari kerasnya hidup di tanah rantauan. Dengan gayanya yang nyentrik,
justru menarik minat warga Turki di kota Samsun untuk mengenalnya lebih dekat
lagi. Bahkan karena kedekatannya itulah dia sering mendapatkan pertolongan
ataupun bantuan dari orang-orang baik yang dia kenal.
Awalnya mungkin aku tak begitu
mengenalnya. Namun ketika itu sekitar bulan Oktober aku dan ketiga temanku
datang ke kota Samsun, Turki; dan saat itulah kami mengenal sosok mas Yusuf. Setelah
selesai mengurus proses daftar ulang di fakultas, dia menyempatkan diri untuk
untuk mengantar kami hingga ke kota Ankara untuk ikut kelas persiapan bahasa
Turki. Dari awal itulah, aku mulai tahu bahwa dia mencoba untuk menunjukkan
tanggungjawabnya. Setelah sekitar dua hari bersama kami di Ankara, dia kembali
ke Samsun karena ada jadwal kuliah. Waktu berjalan begitu cepat tak terasa,
hingga satu tahun berlalu kelas persiapan bahasa Turki di Ankara. Kami putuskan
untuk segera kembali ke Samsun pada pertengahan tahun 2012 untuk memulai kuliah
di tahun ajaran baru. Pada saat itulah, kami berempat kembali dipertemukan
dengan mas Yusuf. Saat kami datang, dia cerita bahwa ke-17 sahabatnya dulu di
PPI Samsun telah pergi ke kota tujuan masing-masing untuk memulai tahun ajaran
baru. Dia merasa sangat bersyukur di tahun 2012 ini ada kami yang berjumlah 9
orang datang ke Samsun, karena dia sadar bahwa hidup sendirian di tanah
rantauan sangat tak nyaman dan akan merasa kesepian. Setahun kami jalani hidup
di Samsun dengan menghidupkan kembali organisasi PPI Samsun dengan program-program
kerja sederhana yang bisa menyatukan ikatan persaudaraan sesama pelajar
Indonesia. Di tahun 2012 itulah dia menjadi ketuanya untuk satu tahun masa
jabatan. Setahun pun berlalu, dan di tahun 2013 datanglah beberapa mahasiswa
Indonesia baru di kota Samsun. Tak hanya dia, bahkan kami pun ikut berbahagia.
Genap 20 orang anggota PPI Samsun di tahun 2013. Organisasi PPI Samsun pun saat
itu lebih terlihat hidup, dan program-program kerjanya lebih terlihat konkrit.
Pergantian kepemimpinanpun dilakukan, dan terpilihlah Wahyu Arief Adha sebagai
ketua PPI Samsun tahun 2013 menggantikan mas Yusuf.
Setelah pergantian itulah, mas Yusuf
mulai mempercayakan PPI Samsun kepada kami. Dia telah menyerahkan PPI Samsun sepenuhnya
kepada kami, namun akan tetap mengawasi setiap program kerja yang ada. Program
demi program kami jalankan, namun perlahan ternyata mas Yusuf mulai menghilang.
Satu per satu diantara kami, bahkan Ibu-Ibu yang tinggal di kota Samsun mulai
mempertanyakan keberadaannya. Di akhir tahun 2013 dia mulai ada masalah dengan
beasiswanya, kemudian masalah merambat begitu cepatnya ke tempat tinggal dan
teman serumahnya. Kemudian di pertengahan tahun 2014 dia mencoba bertahan
dengan bekerja paruh waktu saat musim panas di sebuah toko pakaian. Tepat
sebelum aku pergi untuk liburan di Indonesia, aku sempatkan untuk mampir ke
tokonya. Seperti tahun sebelumnya, kali ini aku juga pamitan sama dia mengingat
dia adalah senior juga sahabat yang
tetap harus dihormati. 3 bulan telah terlewati, dan aku pun kembali ke kota
Samsun, Turki. Begitu terkejutnya setelah sampai di Samsun dan mendengar cerita
dari beberapa teman Indonesia penerima beasiswa PASIAD yang katanya selama 3
bulan musim panas beasiswa tak diberikan. Namun dibalik cerita yang menyedihkan
tersebut, terdapat sebait cerita mengharukan. Jadi selama 3 bulan musim panas,
mas Yusuf telah membantu teman-teman yang kesusahan dengan berbagi uang gaji
kerja paruh waktunya selama musim panas untuk hidup bersama. Di sinilah,
terlihat lagi bahwa dia tetap berusaha menunjukkan tanggungjawab dan kasih
sayangnya sebagai seorang kakak. Walaupun dia sendiri sedang merasakan
kesusahan, tapi dia selalu mencoba berbagi rezeki yang ia dapatkan.
Ia berhenti bekerja paruh waktu, setelah
ajaran baru di mulai. Di ajaran baru inilah puncak dari segala permasalahan dia
hadapi. Dia benar-benar menghilang, dan semua orang mulai mencari-cari.
Ternyata dia menghabiskan waktunya di perpustakaan universitas. Dia terlihat
belajar mati-matian seakan ada sesuatu sedang diujung tanduk yang harus
diperjuangkan. Sebulan, dua bulan, hingga akhirnya ujianpun datang. Selesai
ujian, mulai terdengar kabar bahwa mas Yusuf akan pulang ke Indonesia. Awalnya
aku pikir dia akan mengambil liburan musim dinginnya untuk berlibur di
Indonesia, namun kali ini firasatku salah dan ternyata dia benar-benar akan
pulang ke Indonesia takkan kembali lagi ke Turki. Awalnya tak percaya karena
kukira hanya bercanda, namun ternyata benar dan akupun mulai terdiam. Tanpa
sadar terlintas dalam benakku sebuah kisah lama dulu, kala aku harus kehilangan
sahabat-sahabatku. Pertama saat aku harus kehilangan Safik Ardianto karena dia
memutuskan untuk berhenti dan kembali ke Indonesia. Kedua, saat aku terpaksa
kehilangan Hamzah Nailan Edward karena dia mengambil pilihan untuk kembali ke
tanah air setelah menyelesaikan kelas persiapan bahasa Turkinya selama beberapa
bulan di Ankara bersama kami. Kemudian yang ketiga, aku benar-benar tak
mengharapkan hal semacam ini terjadi. Aku selalu berdoa, bahwa Allah SWT tak
membuat cerita yang sama untuk mas Yusuf. Selalu berharap Allah SWT akan lebih
menguatkan semangat juang dan hati yang penuh kesabaran untuk mas Yusuf. Namun
ternyata, Allah SWT sekali lagi punya cerita indah sendiri. Dia Sang Maha
Pemberi Rezeki berkehendak bahwa mas Yusuf harus kembali ke Indonesia.
Akhirnya datanglah hari dimana kita
berkumpul untuk perpisahan dengan mas Yusuf di rumahnya Ibu Popi. Seluruh mahasiswa
hadir di acara malam itu. Awalnya aku berniat tak datang, bukan berarti aku tak
peduli, hanya saja aku benar-benar tak yakin untuk sanggup menahan tangis. Yaa
benar, aku terlahir dengan hati yang mudah tersentuh dengan hal-hal semacam
ini, dan kutakutkan kalau aku hadir di acara tersebut hanya akan membuat mas
Yusuf semakin sedih saat benar-benar harus meninggalkan Samsun. Tapi akhirnya
aku putuskan untuk tetap datang. Aku datang terakhir ketika semua mahasiswa
telah berkumpul di rumahnya bu Popi. Selang 5 menit setelah aku masuk, acarapun
di mulai. Pertama adalah pesan dan kesan dari mas Yusuf untuk kami semua.
Sekitar 15 menit dia menyampaikan kesan dan pesannya untuk kami, giliran kami
menyampaikan kesan dan pesan untuknya. Satu persatu dari kami menyampaikan
sesuatu untuknya, dan tibalah giliranku. Aku benar-benar tak sanggup, dan
lagi-lagi aku gagal untuk menahan tangisan. Seperti yang aku bilang sebelumnya,
aku mudah sekali tersentuh oleh hal-hal semacam ini. Kusampaikan semuanya mulai
dari ucapan terima kasih, permintaan maaf, dan pesan untuknya ketika nanti di
Indonesia. Kemudian acara di tutup dengan doa bersama untuk kelancaran mas
Yusuf di Indonesia. Selesai berdoa, kami sholat maghrib berjamaah dan kemudian
makan malam bersama yang dilengkapi dengan foto bersama di akhirnya. Tak terasa acara hari itu selesai dan kami
pun pulang ke rumah masing-masing, begitu juga dengan mas Yusuf untuk
mempersiapkan barang barang untuk di bawa ke Indonesia.
Sehari setelah malam perpisahan, tepatnya
hari ini Mas Yusuf telah berencana untuk langsung berangkat ke Istanbul. Mengingat
jadwal penerbangan ke Indonesianya tanggal 4 Februari, jadi dia tak bisa
berlama-lama lagi di kota Samsun ini. Pagi tadi aku dan sahabat-sahabatnya yang
lain juga telah berencana untuk mengantarnya hingga terminal bus. Setelah
selesai rapat koordinasi PPI Samsun tentang pembuatan film, kami langsung
bergegas menuju tempat tinggalnya Haris yang terletak di pusat kota Samsun.
Kami ke sana, karena mas Yusuf berangkat ke terminal dari rumahnya Haris. Sesampainya
di sana kami sempatkan untuk duduk-duduk bercanda, kemudian dilengkapi dengan
makan malam bersama, setelah itu ditutup dengan foto-foto bersama sebelum kami
harus benar-benar mengantarkan mas Yusuf untuk pergi. Setelah semua siap kami
berangkat menuju tempat servis bus ke terminal. Kami menunggu di sebuah spot
armada bus bernama METRO, karena mas Yusuf berangkat ke Istanbul pakai armada
yang satu ini. Alhamdulillah keberangkatan mas Yusuf malam ini tak sendirian,
karena ada Tomi yang bisa menjadi teman seperjalanan. Tomi juga membeli tiket
yang sama untuk tujuan ke Istanbul. Cukup lama kali menunggu bus servis ke
terminal, kami sempatkan untuk mengambil foto untuk kenang-kenangan. 10 menit
berselang, bus servispun datang. 2 barang bawaan mas Yusuf dan satu kopernya
Tomi kami masukan ke bagasi busnya. Haris, Alfin, Hikmat, dan Wahyu tak bisa
mengantar hingga terminal, karena ini saja busnya sudah full. Akhirnya yang
mengantar mas Yusuf, ada aku dan Nova.
15 menit perjalanan dari pusat kota
Samsun, akhirnya bus servis yang kami tumpangi sampai di terminal. Kami
turunkan barang bawaan lalu kemudian sempatkan sejenak untuk menimbangnya,
karena ditakutkan barang bawaannya mas Yusuf melebihi angka 30 kg batasan dari
bagasi pesawat. Setelah di timbang di METRO Kargo Alhamdulillah total berat
dari dua barang bawaannya hanya 30,5 kg. Insya Allah kelebihan 0,5 kg nantinya
bisa di maklumi oleh pihak maskapai. Kami bergegas menyusuri lobi terminal yang
terlihat sepi, mungkin karena hari ini adalah hari kerja. Masih ada waktu 30
menit sebelum bus yang akan mengantarkan mas Yusuf ke Istanbul berangkat. Kami
sempatkan untuk berfoto-foto bersama sebelum bus berangkat. 5 menit sebelum
jadwal keberangkatan, kami langsung menuju bus yang telah terparkir. Kami
masukkan barang bawaannya ke bagasi, kemudian kami minta tolong kepada
seseorang untuk memfotokan kami berempat di depan bus. Mas Yusuf dan Tomi pun
akhirnya masuk ke dalam bus yang akan segera berangkat. Tepat pukul 07.00 PM
bus perlahan mulai meninggalkan terminal untuk segera menuju Istanbul. Tomi dan
Mas Yusuf yang duduk di deretan kursi nomor 11-12 terlihat dari jendela
lambaian tangan mereka. Kami pun membalasnya dengan lambaian tangan disertai
senyum penuh perasaan yang tak karuan. Bus akhirnya benar-benar telah
berangkat, aku dan Nova langsung menuju bus servis lagi untuk kembali ke tempat
kami. Nova kembali ke Meydan, dan aku kembali ke Turkis. Kami menaiki bus
servis yang berbeda. Aku hanya terdiam di dalam bus servis, sesaat teringat
deretan kisah lalu kami dengan mas Yusuf. 15 menit perjalanan bus servis
akhirnya aku sampai di Turkis.
Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai
pilihan di hidupnya. Dengan adanya berbagai pilihan tersebutlah otak dan hati
manusia terpacu untuk berfikir dan meyakini sebuah pilihan yang akan diambil.
Tanpa sebuah pilihan hidup manusia akan sangat terlihat datar, karena dengan
adanya pilihan manusia akan terbiasa dalam mengambil keputusan. Tak hanya itu,
karena dengan mengambil keputusan manusia akan mendapatkan sebuah pengalaman
yang takkan terbayarkan. Mungkin inilah keputusan yang telah di ambil mas
Yusuf, dan aku yakin dia telah memperkirakan segala kemungkinan dengan
keputusan yang diambilnya. Tak berhenti disitu, dia juga Insya Allah akan
memperjuangkan apa yang telah dia putuskan. Tak banyak yang bisa kami berikan
untuknya, tak banyak yang bisa kami lakukan. Mungkin hanya lantunan bait doa
yang bisa kami sertakan untuknya lewat Allah SWT Sang Maha Pemilik kehidupan.
Semoga inilah jalan terbaik untuknya, dan semoga inilah cerita indah yang telah
Allah siapkan baginya.
Aku tak pernah menganggap mas Yusuf menyerah, aku melihat
ini adalah cara lain dari dia dalam meraih kesuksesan. Semoga Allah SWT
senantiasa menguatkan langkah ikhtiar dan hati mas Yusuf dalam menjalani
kehidupan kelak di Indonesia. Semoga Allah selalu menghidupkan keberanian di
hatinya dalam merealisasikan mimpi-mimpinya. Aku percaya, ini bukanlah akhir
dari sebuah perpisahan, melainkan inilah awal dari sebuah perjuangan. Tetap
semangat mas Yusuf, kami selalu mendukung dan mendoakanmu dari sini. Terima
kasih telah menjadi senior kami yang sangat peduli, mohon maaf jika adik-adikmu
ini terkadang khilaf dalam perbuatan ataupun lisan. Insya Allah dalam waktu dan
tempat berbeda kita semua akan kembali dipertemukan, karena bumi ini terlalu
sempit untuk siapapun mereka yang senantiasa menjaga tali persaudaraan. Kita
mungkin akan berjauhan, namun ada doa yang bisa kita andalkan. Mari saling
mendoakan, saling mengingatkan, dan saling menguatkan. Salam dari kami semua, tetaplah
jaga diri di Indonesia.
#Samsun-Turki, 3 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar