Ullih Hersandi: Saatnya Berangkat ke Turki!

Saatnya Berangkat ke Turki!

Kamis, 6 Oktober 2011

Aku hari ini tidak bisa tidur, aku habiskan semalaman untuk nonton film yang aku beli di kaskus, sembari nunggu kedatangan orangtuaku dari Pekalongan. Hingga pukul 03.00 WIB mataku masih saja terjaga. Namun sekitar 30 menit berikutnya aku mulai terlelap. Aku bangun sekitar pukul 04.30 WIB, terdengar bunyi sms dari HTCku. Ternyata benar, mba Elsa sms aku, dia bilang sudah sampai terminal lebak bulus. Aku langsung memberikannya sedikit arahan agar dia dan orangtuaku bisa sampai di rumahnya mas Lambang. Aku memberikan sedikit petunjuk untuk naik busway dan turun di shelter Kelapa Dua Sasak. Sekitar 30 menit kemudian, aku di sms lagi, katanya sudah sampai di shelter Kelapa Dua Sasak. Aku langsung jemput mereka berempat. Karena hanya ada satu motor, aku bolak-balik 3 kali. Aku merasa senang sekali, karena mbakku, keponakanku dan terutama bapakku bisa mengantarku sampai bandara Soekarno Hatta nanti malam. Setelah semuanya kumpul di rumahnya Mas Lambang, mulai membicarakan tentang keberangkatanku ke Turki. Sementara mereka ngobrol, aku masih disibukan dengan sejumlah dokumen penting yang harus aku bawa ke Turki. Aku susun semua dokumennya kemudian aku masukkan ke dalam satu map. Map tersebut lalu aku masukan ke dalam tas laptop. Aku habiskan waktu bersama keluargaku untuk hari terakhir di Indonesia.

Sekitar pukul 13.30 WIB, paketan bajuku sudah sampai di konveksi. Aku langsung cek isi karungnya, dan ternyata benar. Lantas semua isi karungnya langsung aku bawa ke rumahnya mas Lambang untuk disortir ulang. Sebagian isi dari karung tidak aku bawa, seperti baju atau seragam sekolah dulu, baju yang sudah lapuk atau kekecilan, dan asesoris yang sekiranya di Turki tidak akan dibutuhkan. Setelah koper terisi penuh, aku langsung timbang koper di pasar dekat rumah, dan ternyata beratnya tak lebih dari 10 kg, hanya 9,8 kg. Sedangkan saat itu masih banyak barang yang ingin aku bawa namun tidak ada lagi tas yang bisa digunakan. Akhirnya mas Lambang memberikan tas besarnya untuk aku bawa ke Turki. Aku harus membeli akomodasi makanan untuk beberapa hari di Turki. Aku diantar mba Elsa ke alfamart. Di sana aku beli semua keperluan yang sekiranya di Turki sangat bermanfaat dan bisa digunakan. Total barang belanjaan sekitar Rp. 211.000,-. Kita langsung kembali ke rumah, dan akomodasi yang baru saja kita beli langsung kita masukkan ke dalam tas kedua yang dikasih mas Lambang. Alhamdulillah tasnya bisa muat banyak, semua akomodasi sudah masuk, ditambah sisa pakaian, ditambah 2 tas ukuran sedang. Untuk tas kedua ini tidak kita timbang, hanya menggunakan perkiraan saja. Mungkin beratnya sekitar 15 kg. Sedangkan tas laptopnya aku isi dengan segala asesoris eletronik seperti the kube, modem, flashdisk, harddisk eksternal, laptop, charger hp dan laptop, mouse laptop, mousepad, dan buku-buku panduan hp. Semua asesoris kecil aku masukkan ke dalam pouch angrybirds, untuk mempermudahkan saat mencarinya. Selain itu tas laptop juga aku isi dengan map dokumen penting.


Sekitar jam 4 sore, aku ambil uangku yang ada di ATM sebesar Rp 1.900.000,-, yang nantinya akan aku tukarkan ke dolar. Aku juga mendapat uang tambahan dari mas Lambang sebesar Rp 2.000.000,-, yang kemudian Rp 900.000,- diambil untuk ditukarkan ke dolar, sebagai tambahan yang Rp 1.900.000,-. Total ada 2,8 juta, kemudian ditukarkan ke dolar, dan hanya mendapat 5 lembar uang dolar dengan nilai total 300 Dolar. Sisa uang ditangan tinggal Rp 1.100.000,-, kemudian aku tambah dengan uang yang ada di dalam dompetku sebesar Rp 500.000,-, jadi total Rp 1.600.000,-, yang digunakan untuk ini itu, akhirnya sisa Rp 1.250.000,- dan Insya Allah akan ditambah lagi dari mas Uhlul sebesar Rp 1.000.000,-. Sedangkan uang yang ada di dalam ATMku ada Rp 7.500.000,-. Dari asuransiku Rp 5.500.000,-, dari mba Elvi Rp 1.000.000,-, dari mas Heru Rp 1.000.000,-. Hampir menjelang Maghrib aku masih harus belanja pakaian dan celana pendek, kemudian aku diantar mas Uhlul ke Carefour Permata Hijau yang letaknya tak jauh dari rumah. Tepat pukul 06.30 WIB aku kembali ke rumah. Aku cek ulang semua barang bawaanku. Semua total ada 3 tas.

Karena semuanya sudah lengkap, dan berharap tak ada satupun yang terlewatkan, sekarang saatnya pamitan ke keluarga yang ada di Pekalongan dan sahabat-sahabat DEVIL lewat hp. Semua keluargaku yang ada di Pekalongan aku telfon, aku pamit ke mereka semua, karena aku akan pergi jauh ke negeri orang. Satu persatu aku telfon kakakku. Dan tangisku pun pecah, apalagi saat mereka juga nangis, tangisku semakin mengeras. Aku tak sanggup lagi. Berat hati ini mengucapkan kata perpisahan ke mereka. Aku sangat menyayangi mereka semua. Karena merekalah aku bisa seperti ini. Namun sangat disayangkan, aku tidak bisa menghubungi mas Aji. Di telfon berkali-kali namun tak kunjung diangkat. Karena waktu sangat terbatas, aku lanjutkan dengan menelfon Sahabat-sahabat DEVILku, pertamanya aku telfon mereka menggunakan nomornya mas Lambang, tapi mereka tidak mau menerima, mungkin dikira salah sambung.


Setelah aku telfon pakai kartuku mereka akhirnya menerima panggilanku. Pertama aku telfon Abah, dia yang sering nolong aku dalam kesusahan dulu semasa SMA, Aku juga nelfon Ridho, sepertinya dia senang sekali aku bisa ke Turki. Dia bilang bangga sekali punya teman sepertiku. Padahal dari dulu dia yang selalu mengajariku semua tentang pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika. Dia adalah Guru buatku. Banyak motivasi hebat yang dia berikan untukku. kemudian Rangers mulai dari Tedy, Fahmi, Mukhtar, Harli, Diki, namun Indra tak dapat dihubungi. Sudah berkali-kali kucoba namun tak diangkat. Aku lanjutkan menelfon MD, dia cewek yang paling gokil, enak diajak ngobrol, pokoknya seru deeh orangnya. Kemudian aku juga menelfon Sabrina, setelah diangkat sepertinya dia sudah tidur, aku tau dari suaranya yang aku dengar. Sepertinya dia terbangun gara-gara aku telfon, tak lama aku ngobrol dengan Sabrina, aku takut ganggu dia. Kemudian aku telfon Tyas, dia ketawa terus saat aku telfon, sepertinya dia lebih suka kalau aku berangkat ke Turki, hahahaha, namun tiba-tiba suaranya berubah, aku kenal jelas suara itu, tak lain dan tak bukan dia adalah Rani. Mereka berdua seru diajak ngobrol lewat telfon. Entahlah mereka terlihat bahagia saat aku akan berangkat ke Turki… hahahaha…. Aku juga telfon Lisa, dia Princessnya Harli yang sering ikut kita para Rangers saat HangOut. Dia tau baik buruknya semua anggota Rangers. Dia minta maaf soalnya tadi saat aku nelfon Harli sinyalnya jelek. Aku lanjutkan dengan menelfon Putri, namun tak diangkat. Setelah semuanya sudah, aku kembali menghubungi Indra, dan Alhamdulillah diangkat. Aku ngobrol panjang lebar. Ternyata tadi dia lagi di jalan, jadi gak bisa nerima telfon. Aku pamitan ke dia. Dia Best Friend buatku. Dia yang selalu support aku buat dapetin Sabrina. Dia selalu ada saat aku membutuhkan teman Curhat. Yang terakhir aku telfon adalah adhekku tersayang, yaitu Sarah. Aku juga pamitan ke dia, namun sangat disayangkan 3 menit telfon, HPku pulsanya habis. Dengan terpaksa aku lanjutkan dengan sms, semoga dia bisa mengerti.

Mobil yang disewa mas Lambang sudah datang. Saatnya berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Sekitar pukul 20.15 WIB aku berangkat menuju bandara Soekarno Hatta. Mobil yang dari mas Antuk datang terlambat. Terpaksa aku naik mobil yang dari mas Lambang. Di jalan ada sedikit masalah, mba Erma merasa ada sesuatu yang janggal, dia merasa sangat ketakutan. Mobil kita berhenti beberapa menit, untuk sedikit menenangkan mba Erma. Sedangkan mobil mas Antuk berada tepat di belakang kita. Setelah sekian menit, akhirnya kondisinya mulai membaik. Perjalananpun dilanjutkan. Sekitar 15 menit kemudian mobil kita sampai di parkiran D2. Berselang 5 menit, mas Antukpun datang. Setelah semua lengkap, kita semua langsung masuk ke Lobby Bandara.

Di sana nunggu lumayan lama, karena yang lainnya juga belum datang. Kita sempatkan untuk foto-foto bersama. Aku juga sempatkan untuk setting garmin dan yahoo! Messanger. Sekitar 30 menit kemudian, Wahyu dan yang lainnya datang. Aku mulai bergabung dengan rombongan untuk membahas rencana selanjutnya. Rencananya yang berangkat bersama ke Turki malam ini ada 5 orang. 2 orang dari Pekalongan Aku dan Wahyu, sedangkan yang 3 lainnya dari Jawa Barat. Ketiganya yaitu Rosyid dari Ciamis , Imat dari Tasikmalaya, Hikmat dari Sukabumi. Rasanya kurang adil memang, orang Jateng Cuma 2 orang, sedangkan orang Jabar 3 orang. 40 menit kemudian, kita berlima harus cek in ke Bandara, saat cek in kita ditemani Ahmed Sayfudin Abi. Namun saat cek in aku tertinggal rombongan, karena aku terlalu asyik dengan keluarga yang mengantarku. Aku bergegas lari untuk cek in, namun setelah semua barang-barangku di cek, aku tak menemukan rombonganku. Tanpa pikir panjang, aku kembali keluar, namun petugasnya tak mengizinkanku keluar, setelah kuberikan sedikit penjelasan. Aku akhirnya bisa keluar dari ruang cek in. Saat aku keluar aku juga tak menemukan rombongan, yang aku liat cuma Ibunya Wahyu. Aku pinjam HP Ibunya Wahyu untuk menelfon Ahmed Abi, soalnya pulsaku habis. Setelah ku telfon, aku bergegas ke keluargaku untuk meminta tas laptopku. Aku kembali lagi ke depan ruang cek in D2, di sana sudah terlihat Ahmed Abi. Karena ruang cek in yang sini sudah tutup, kita harus cek in di D1. Aku balik arah lagi, menuju D1. Setelah semua barang-barangku di cek untuk yang kedua kalinya. Aku kembali bergabung dengan rombongan. Ke empat temanku sudah melakukan penimbangan bagasi, dan ternyata setelah kulakukan penimbangan koperku, terdapat kelebihan muatan 6 kg. Beberapa pakaianku aku masukkan ke dalam tasnya Wahyu. Memang sedikit malu rasanya, bongkar muatan di Bandara.

Masalah tak habis sampai di situ, masalah berikutnya mulai datang. Pihak petugas meminta surat pengantar dari Yayasan Pasiad, namun sepertinya Ahmed Abi tak membawa surat tersebut. Untuk beberapa menit mereka bertebat saling mempertahankan pendapat mereka. Entahlah siapa yang salah, dan siapa yang benar. Kita berlima hanya bisa melihatnya tanpa bisa memberikan argumentasi yang kuat, yang diinginkan petugasnya hanya selembar kertas yang berisi pengantar dari pihak Yayasan Pasiad. Sepertinya waktu kita dihabiskan mereka berdua untuk berdebat, andai saja salah satu mereka ada yang mengalah. Pasti akan lebih cepat prosesnya.

Salah seorang dari kita berlima ingat akan suatu hal yang bisa membantu kita memberikan argumentasi yang cukup kuat, untuk membuktikan bahwa kita berlima benar-benar dari Yayasan Pasiad. Si Hikmat mengingatkan Rosyid kalau semuanya bisa dibuktikan lewat halaman web Universitas Ondokuz Mayis yang menerima kita sebagai salah satu mahasiswa jurusan Illahiyat. Si Rosyid mengambil flashdisk yang berisi halaman web tersebut. Dia masuk ruangan untuk membuka halaman web tersebut lewat komputer petugas. Sedangkan saat itu, Ahmed Abi entah kemana, sepertinya dia juga sedang mencari pembuktian yang valid. Selang 5 menit, Rosyid keluar dari ruangan, dan kita berlima mendapat izin untuk boarding. Di depan kita sudah terlihat Ahmed Abi, sepertinya dia terlihat sangat kecewa karena tak mendapatkan bukti yang kuat. Pesawat kita sudah akan berangkat. Tak ada lagi waktu untuk mengucapkan perpisahan kepada keluarga. Aku sedih sekali saat itu. Andai saja tadi tak ada masalah, mungkin tak seperti ini jadinya. Tak apalah, nomor XLku aku titipkan ke Ahmed Abi untuk diberikan ke keluargaku. Suasana Soekarno Hatta sudah sangat sepi. Kita semua bergegas lari menuju ruang boarding, dan ternyata benar, semua orang sudah berjalan menuju pesawat. Kita berlima berlarian menuju pesawat. Seakan takut ketinggalan pesawat. Kita berlima menjadi pusat perhatian petugas di Bandara. Sebagian petugas malahan memaksa kita untuk berlari. Lumayan jauh dari ruang boarding, kita terus mempercepat langkah kaki kita. Syukur Alhamdulillah akhirnya kita berlima sampai di dalam pesawat. Pesawat yang kita naiki adalah Qatar Airways.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai