Ullih Hersandi: Journey to Istanbul, Turkey !!!

Journey to Istanbul, Turkey !!!

Jumat, 7 Oktober 2011

Tepat pukul 01.00 WIB kita sudah duduk di dalam pesawat. Sebentar lagi pesawat yang kita naiki akan Take Off. Sedikit gugup rasanya, karena ini pertama kalinya aku naik pesawat terbang. Kita berlima duduk masih dalam satu barisan. Selang beberapa menit kemudian, pesawat mulai jalan, dan kecapatannya sedikit demi sedikit mulai bertambah, dan akhirnya kita berhasil Take Off. Selamat tinggal Indonesia, semoga selama kepergian kita berlima, kalian semua kan baik-baik saja. Masih saja merasa kagum bisa berada di dalam pesawat, kulihat berkali-kali sekitar ruangan pesawat. Saat pesawat mencapai ketinggian yang maksimal, keadaannya di dalam sangatlah tenang, dan sedikit getaran, rasanya seperti naik mobil yang mesinnya masih nyala, namun mobilnya berhenti. Ada fasilitas LCDnya juga, untuk GPS, mendengarkan musik , nonton film, nonton acara TV, baca berita dan informasi. Benar-benar seperti mimpi rasanya. Aku bisa berada dengan ratusan wisatawan asing.


Di dalam pesawat pelayanannya sangatlah memanjakan penumpang. Mulai dari makanannya yang sangat asing di lidah kita, namun masih cukup enak untuk kita makan. Makanan ala Timur Tengah yang sangat berbeda dengan selera kita. Tapi saat itu aku benar-benar menikmatinya, karena kapanlagi bisa naik pesawat dan makan makanan seperti ini dengan gratis. Tak pernah kusisakan sedikitpun makanan yang disediakan, namun ada beberapa makanan yang tak bisa diterima oleh lidahku, seperti bubur ala Timur Tengah yang rasanya sangat tidak enak, seperti kelapa basi. Kemudian ada juga minuman, namanya Airan, rasanya juga sama, seperti santan basi. Ternyata benar, Airan adalah salah satu jenis minuman fermentasi dari bahan baku susu, seperti halnya Yoghurt namun rasanya Airan sangatlah tidak enak bagi kita lidah orang Indonesia. Beberapa makanan lainnya aku masih bisa makan, karena rasanya sangatlah enak.


Sekitar jam 02.00 WIB kita baru bisa tidur, setelah kenyang dengan hidangan yang disediakan. Banyak hal baru yang kudapatkan. Mulai dari praktek langsung ngomong menggunakan bahasa Inggris dengan para pramugari. Pengalaman yang begitu berkesan, karena dulu aku hanya bisa belajar bahasa Inggris dengan Bu Widowati, dan sekarang bisa aku praktekan langsung dengan orang Asing. Pagi harinya sekitar jam 05.00 waktu setempat, kita mendapatkan lagi hidangan untuk sarapan. Sekitar pukul 06.00 waktu setempat, kita landing di Doha Airport untuk transit ke pesawat berikutnya menuju Istanbul, Turki. Setelah kita turun dari pesawat, kita naik bus transit masuk Bandara. Kita berlima seperti orang hilang, tak tau apa yang harus dilakukan, karena kita tak tau prosedurnya. Dengan pasti kita melangkah menuju pemeriksaan, lagi-lagi harus melepas semua barang-barang metal, seperti jam tangan, sabuk, Handphone, dan lainnya. Kita semua pegang passport dan kertas-kertas lainnya yang kita dapatkan di Bandara Soekarno Hatta. Masih ada selembar tiket pesawat yang masih utuh, ditiket tersebut tertulis Doha-Istanbul, berarti kita akan menggunakan tiket tersebut untuk naik pesawat kita berikutnya. Kita coba Tanya petugas yang berjaga di dalam Bandara. Di tiket kita tertulis angka 20, berarti kita harus menunggu di Gate 20. Kita berjalan mencari Gate 20, tak lama kita berjalan, akhirnya kita sampai di Gate 20.


Kita berlima duduk untuk menunggu jam keberangkatan. Jadwal kita berangkat 07.20 waktu setempat sesuai yang tertera pada tiketnya. Namun ternyata jadwalnya dirubah, jadi jam 08.15 waktu setempat, itu artinya kita nunggu semakin lama. Sembari nunggu, kita sempatkan berfoto ria, untuk kenang-kenangan. Di bandara Doha semua orang di dunia ada di sini, mulai dari India, Thailand, Jepang, Amerika, Inggris dan lainnya. Akhirnya setelah 2 jam kita nunggu, saatnya kita transfer pesawat. Kita masuk antrian yang menuju Istanbul, satu persatu dari kita diperiksa passport dan tiketnya, namun saat Wahyu diperiksa ada sedikit masalah, kata petugasnya tiket pesawat punya Wahyu, nomor tempat duduknya sudah ada yang nempatin. Akhirnya kita berempat berangkat duluan naik bis transfer ke pesawat menuju Turki, sedangkan Wahyu harus nunggu prosesnya selesai baru naik bus selanjutnya. Kita berempat sangat khwatir dengan Wahyu, karena kita tinggal sendirian di Bandara. Kita berempat akhirnya sampai di pesawat yang menuju Istanbul, namun Wahyu belum juga muncul. Kita semakin khwatir dibuatnya. Selang 5 menit kemudian, Wahyu datang dengan muka kesal, dan ternyata dia kecewa dengan pelayanan petugas Bandara, katanya tadi hanya “Human Error” alias kesalahan petugasnya saat menginput nomor pesawat dan nomor tempat duduk. 10 Menit setelah kita duduk nunggu di pesawat, akhirnya pesawat jalan dengan perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit kecepatan semakin bertambah, dan akhirnya kita take off untuk kedua kalinya.


Pesawat transfer kali ini ukurannya lebih kecil dan sempit, namun LCD di tiap kursi penumpangnya sangatlah memuaskan, karena touchscreen. Saat take off juga lebih berasa getarannya. Bahkan saat di atas juga masih sedikit ada goncangan, entah itu dari mesin pesawatnya, atau hanya pengaruh cuaca saja. Tapi aku sungguh menikmatinya. Tak ingin kulewatkan sedikitpun apapun yang terjadi di dalam pesawat ini. Lagi-lagi aku dihebohkan dengan sajian makanan ala Timur Tengah, tapi kali ini tak kalah enak dengan pesawat pertama yang kita naiki dari Bandara Soekarno Hatta. Mungkin ukurannya lebih kecil, namun pelayanannya sama hebatnya. Karena bagasi atasnya penuh, akhirnya tas laptopnya aku taruh di sebelah tempat dudukku. Pesawat berangkat dari Doha Airport pukul 08.30 waktu setempat, dan diperkirakan perjalanan membutuhkan waktu 4 jam. Jadi kira-kira sekitar jam 12.30 waktu setempat kita akan landing di Istanbul, Turki. Selama perjalanan aku tidak bisa tidur, mungkin karena siang hari. Lagipula sangat disayangkan kalau di pesawat hanya tidur saja. Aku habiskan waktu untuk nonton film, liat peta, dengerin mp3. Aku juga sempatkan untuk foto-foto. Benar-benar sangat di luar dugaan. Padahal semalam aku masih di Indonesia, dan sebentar lagi aku akan sampai di Istanbul. Rasanya seperti mimpi yang mulai sirna menjadi kenyataan.


Setelah 4 jam berlalu akhirnya kita tepat berada di atas kota Istanbul, dan sebentar lagi kita akan Landing. Semua awak pesawat dan penumpang bersiap-siap untuk landing. Alhadulillah landingnya sukses, dan kita semua selamat sampai tujuan, kota Istanbul Turki. Sumpah aku sangat senang sekali rasanya, akhirnya bisa menapakkan kaki di atas tanah Istanbul. Kita semua bergegas turun dari pesawat, dan berjalan menuju tempat pengambilan koper. Antriannya begitu panjang, sekitar 10 menit kita antre, akhirnya giliran kita untuk mendapat izin keluar dari Bandara. Setelah surat-surat yang kita bawa di stampel oleh petugas. Kita bergegas menuju tempat pengambilan koper. Jaraknya tidak terlalu jauh, sesampainya di tempat itu, aku kaget sekali, karena tasku yang dimasukkan ke bagasi pesawat, resleting sebelah kanannya sobek, hingga barang-barang yang ada di dalamnya terlihat dari luar. Padahal sebelum berangkat, rusaknya tidak separah itu. Aku benar-benar malu, karena tasku sobek. Selain itu bawanya juga sangatlah tidak mudah. Kita berlima berjalan menuju pintu keluar, terlihat banyak sekali orang yang menunggu kedatangan keluarga mereka dengan memegang papan bertuliskan masing-masing orang yang mereka cari. Kita berlima berharap ada nama kita di salah satu papan ratusan orang yang berdiri rapi. Namun ternyata tidak ada, itu berarti tidak ada yang menjemput kita.


Untuk melepas lelah, kita berlima duduk, sembari nunggu jemputan datang. Lumayan lama nunggu, sekitar 1 jam setengah, akhirnya sekitar pukul 15.30 waktu setempat jemputan kita datang. Ada dua orang yang satu orang asli Indonesia, namanya Fadli Abi dan yang satunya lagi orang Turki. Kita bertujuh bergegas keluar dari Bandara menuju stasiun yang letaknya di bawah Bandara. Benar-benar sangat efisien tempat. Aku mulai kagum dengan Negara ini. Aku masih saja disulitkan dengan barang bawaanku, karena tasku sobek. Untuk membawa tasku, aku pakai kopernya Wahyu yang ukurannya lebih besar untuk aku jadikan troli. Entahlah sepertinya kereta di sini tak pernah telat semenitpun, kita belum sempat duduk, kereta sudah datang. Di sini kereta namanya Metro Bus. Saat masuk ke dalam kereta, lagi-lagi aku kagum akan keindahan di dalam kereta. Di dalam kereta sangatlah luas, bersih, tak bau, rapi, tak ada pedagang asongan, dan tak ada getaran ataupun goncangan yang berlebihan, hanya terdapat kecil getaran, laju keretanyapun sangat cepat. Rasanya tak ingin turun dari kereta ini. Di stasiun kedua dari Airport, kita turun dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki.


Jarak dari stasiun ke apartment tempat singgah kita sementara tidaklah terlalu jauh, butuh waktu sekitar 15 menit perjalanan dengan jalan kaki. Sekarang aku tau kenapa orang Eropa lebih memilih untuk jalan kaki, karena udaranya sangat sejuk, dan juga cuacanya yang teduh sangat mendukung. Namun sayang, aku masih disibukkan dengan barang bawaanku yang sangatlah merepotkan. Semakin lama langkah kakiku terasa semakin berat, dengan barang bawaan lebih dari 25 kg. Punggungku terasa sangat sakit, tanganku pegal sekali rasanya, menahan beban koper seberat 20 kg, ditambah di atas koper itu ada tas hijauku yang sobek seberat 15 kg. Benar-benar sangatlah melelahkan, aku tak kan menyerah sampai di sini hanya karena situasi yang menekanku seperti ini. Aku terus saja melangkah, tak peduli dengan rasa sakit dan lelah yang kudera. Karena merasa kasihan melihatku, si Rosyid membantuku membawakan tas kopernya Wahyu yang ada di tanganku, dan sekarang aku harus mengangkat tas hijau yang sobek dengan tangan tanpa ada kopernya Wahyu, namun aku sangat terkejut, saat kopernya Wahyu di tangan Rosyid, tiba-tiba pegangan kopernya patah.


Sesampainya di apartment, kita semua melepas lelah, karena perjalanan sangatlah melelahkan. Saat itu Wahyu baru tau, kalau pegangan kopernya patah, namun Wahyu sepertinya tak begitu mempermasalahkannya. Setelah kita memulihkan energi, kita istirahat di ruang tamu. Ruang tamu di Turki sebutannya Salon. Ruangan yang cukup besar untuk kita berlima. Kita masih menunggu kedatangan Erwin Abi, karena dialah orang yang tadinya akan menjemput kita di Istanbul, dia saat ini sedang ada di Pasiad. Sekitar jam 16.00 waktu setempat, Erwin Abi pulang, setelah kita berkenalan satu sama lain, beliau mulai menceritakan sedikit kisah tentang Turki. Sekitar 16.30, Erwin Abi mengajak kita memasak, masakan khas mahasiswa, makanan siap saji yang sangat sederhana. Bahan utamanya adalah mie dan makaroni, keduanya terbuat dari gandum. Ada juga bahan tambahan lain seperti cabai Turki, yang ukurannya besar, namun tidak terasa pedas. Sebagai bumbu tambahan, kita gunakan Masako yang dibawa Wahyu. Cara memasaknyapun tidak jauh beda dengan cara memasak mie instan di Indonesia. Setelah mie dan macaroni direbus, kemudian masukkan cabainya, tak lupa telur ayam, dan kemudian penyedap makanan. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk membuat masakan ala Mahasiswa seperti ini. Cara makannyapun masih sama dengan yayasan Turki yang ada di Semarang, yaitu di karpetnya dilapisi kertas koran, agar karpetnya tidak kotor ataupun terkena noda makanan. Setelah makanan siap disantap, Erwin Abi mengeluarkan minuman lemon bersoda. Lengkap sudah menu makanan kita kali ini. Sebenarnya rasa mie dan makaroninya sangatlah hambar, apalagi cabainya yang sama sekali tidak pedas, malah menurutku itu rasanya seperti terong. Namun semuanya tak berarti, karena perut kita sangatlah lapar, dan rasanya lebih enak karena makannya bersama.


Setelah selesai makan, kita bereskan semua perkakas makannya. Selesai makan, Erwin Abi langsung pamitan, katanya dia masih ada keperluan, aku dikasih tau bagaimana caranya membuka pintu bawah menggunakan tombol. Aku juga diajarkan bagaimana caranya menyalakan TV, yang berbeda denga TV Indonesia. Setelah kepergian Erwin Abi, kita lanjutkan dengan istirahat di ruang tamu, kita sharing cerita satu sama lain, saat itu juga ada penghuni lain, tapi aku tidak tau namanya siapa. Dia lebih tua dari Erwin Abi, katanya dia sedang melanjutkan study S3nya di Istanbul University. Banyak hal yang kita tau tentang Turki dari Abi yang satu itu. Dia sangatlah ramah orangnya. Saat malam harinya, kita sholat Maghrib dan Isya’ berjamaah, setelah itu kita sempatkan foto-foto di kamar, dan di beranda luar kamar. Kita sangatlah menikmati malam pertama kita di Istanbul, tak ingin kita lewatkan sedetikpun suasana di Istanbul. Malam semakin larut, dan kitapun mulai mengantuk. Satu persatu dari kita mulai tertidur, namun mataku masih tetap terjaga. Tak lama kemudian orang Turki yang jemput kita tadi siang, dan Abi yang kuliah di Istanbul University datang, mereka nyalakan TVnya dan mulai nonton bola. Aku ikutan nonton Bola, namun 20 menit kemudian aku tertidur, dan selamat malam Istanbul.

2 komentar:

  1. ulih iki rege.. aku meh takon kuwi koncomu sing nganggo jaket putih, pernah kuliah di IPB pog ???

    BalasHapus
  2. gak ge, itu katanya hadiah dari temennya... :D
    wkakaka...

    BalasHapus

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai