Ullih Hersandi: Aku Mendapatkan Apartement Baru

Aku Mendapatkan Apartement Baru

Minggu, 30 Oktober 2011

Tepat 2 minggu aku berada di apartementnya Khoirul Abi. Bukannya merasa bosan atau merasa kurang nyaman. Jujur selama aku tinggal di apartementnya Khoirul Abi aku senang, bisa masak rame-rame ngobrol seru-seruan, jalan-jalan ke taman, dan ngambil roti di ornek ekmek tanpa bayar. Tapi satu yang kurasakan ada yang kurang, yaitu tempat di sini cukup kotor, kamar mandi dan WCnya bau, dan satu lagi, abi-abi di sini jarang sholat. 2 Minggu aku di sini, tak pernah sekalipun abi-abi di sini ngajak sholat berjamaah. Selalu kita berlima yang sholat berjamaah, mungkin 4 hari terakhir ada anggota baru kita, yaitu Kiki Abi. Dia juga sering ikut sholat jamaah bersama kita. Kalau Khoirul Abi juga pernah, tapi jarang, karena dia kalau pagi sampai sore di luar. Hanya pulang saat menjelang petang.

Hari ini aku berharap adalah hari terakhirku di apartement ini. Berharap nanti malam aku akan dijemput dan ditempatkan disebuah apartement yang penghuninya taat beragama. Pagi ini kita bertiga menghabiskan waktu kebersamaan kita di salon. Menu sarapan kali ini adalah nasi. Mungkin sebagai menu sarapan penutupan, karena esok hari aku tak kan sarapan di sini lagi. Setelah sarapan, kita kembali ke salon, sembari siap-siap, soalnya kita akan di jemput jam 4 sore. Kita tunggu jemputan kita masing-masing. Aku yakin, malam ini kita bertiga akan dipisahkan. Sore harinya tak kunjung datang jemputan kita.

Hingga malam menjelang, sekitar pukul 07.00 P.M. bel apartement berbunyi, dan ternyata benar, itu jemputan kita. Tapi mereka hanya menjemput 2 orang saja diantara kita, terserah itu siapa. Akhirnya kita rundingkan bertiga, dan hasilnya, aku dan Wahyu yang akan pindah duluan. Aku bawa barang-barangku, ada banyak, ada 4 tas, dan 1 kantong plastik yang isinya pakaian yang belum kering. Aku dan Wahyu pamitan dengan Khoirul Abi dan Hamzah. Kita berdua keluar dari apartement dan di depan apartement ada sebuah mobil yang sudah siap mengantar kita ke apartement yang baru. Semua koper dan tas kita masukkan ke bagasi mobil, kecuali tas laptopku yang selalu aku bawa tak pernah lepas dari genggamanku.

Akhirnya kita berdua masuk mobil. Hamzah dan Khoirul Abi mengantar kita sampai depan. Kulambaikan tanganku ke mereka, aku pasti akan merindukan kebersamaan kita semua. Perjalanan cukup menyenangkan, kita sedikit ngobrol dengan abi-abi yang menjemput kita. Sekitar 30 menit dari apartement Khoirul Abi, akhirnya kita sampai di apartement pertama. Kemudian kita tentukan siapa yang akan tinggal di apartement ini. 3 Detik kulihat sekitar apartement, ada Masjid, jalan luas, dan ada toko-toko.

Akhirnya aku tentukan akulah yang akan tinggal di apartement ini. Semoga ini pilihan yang tepat. Salah seorang Abi yang menjemput kita turun, dan dia mengantarku masuk apartement. Aku pamitan sama Wahyu, yaah dia adalah sahabat baruku. Mungkin kadang kita sedikit ada perbedaan pendapat, tapi aku akui itu adalah hal yang wajar diantara dua pria remaja. Kita satu negara, dan kita satu kota. Dia sahabat perjalananku, dan dia menemani langkah terjauhku dari Indonesia. Kita akhirnya berpisah, mobilnya kembali melanjutkan perjalanan mengantar Wahyu ke apartement barunya. Sedangkan aku langsung menaiki satu persatu tangga menuju apartement baruku. Apartement baruku ada di lantai 3.

Akhirnya sampai dengan nafas terengah-engah membawa 3 tas dan satu tentengan kantong plastik. Abi yang mengantarku hingga apartement baru ini namanya Mustafa Abi. Aku disambut baik oleh abi-abi baruku. Semoga aku betah tinggal di apartement baruku. Aku dipersilakan masuk ke dalam suatu ruangan yang aku kira salon, dan ternyata itu adalah kamar untukku. Memang sedikit berantakan, mungkin harus kulakukan sedikit tindakan untuk mempercantik kamar baruku. Setelah meletakan tas di kamar aku kembali keluar menemui Mustafa Abi, dia mau pamitan. Setelah Mustafa Abi pulang, aku kembali masuk kamar, dan duduk sejenak di sofa melepas lelah. 5 menit duduk tenang tenagaku mulai pulih. Akhirnya aku beres-beres kamar baruku.

Tiba-tiba datang Abi baruku, namanya Fatih Abi, dia memindahkan lemari dengan rak buku. Posisinya di balik. Setelah itu dia mengambil beberapa pakaiannya yang ada di dalam lemari. Kemudian aku dipersilakan memasukkan semua pakaianku ke dalam lemari tersebut. Setelah dia keluar, aku langsung bongkar muatan, semua isi tas kukeluarkan, mulai dari tas hitam yang terkena kecap, kubereskan semua akomodasi makanan dari Indonesia yang berlumuran kecap, untung dikamarku ada tissue. Setelah semua isi tas ransel beres, kemudian aku beralih ke tas meditation, yang isinya hanya beberapa buku-buku koleksiku. Dilanjutkan dengan bongkar muatan isi koper, isinya semua pakaian, celana, dan sarung. Semua barang-barangku aku masukkan ke dalam lemari. Dan yang terakhir aku bongkar isi tas laptopku. Isi nya semua peralatan dan asesoris elektronik. Akhirnya semua tas telah kosong dan kamar sudah bersih. Aku lanjutkan dengan bongkar kantong plastik yang isinya pakaian yang masih basah, dan anehnya ternyata sebagian sudah kering. Ada beberapa yng masih basah aku jemur di dalam kamar, yang kebetulan sudah ada tempat jemuran.

Kamarnya sudah rapi, namun masih ada beberapa pakaian abi-abiku yng bereantakan di sofa yang satunya. Kamarku lumayan luas, ada 2 sofa panjang, ada 1 lemari pakaian, ada 1 rak buku, ada penghangat ruangan, ada jendela, ada pintu untuk melihat keluar apartement, ada 1 lampu penerangan yang sangat terang dan cocok untuk belajar, ada 2 bantal, dan ada 4 selimut tebal yang siap melindungiku di saat dinginnya malam. Kubereskan juga semua kertas-kertas yang ada di rak buku, dan kemudian laptopku aku taruh di situ. Setelah semuanya beres, aku keluar kamar. Dan mencari tau seisi apartement baruku. Aku menuju kamar mandi, dan ternyata kamar mandinya luas dan bersih sekali, kemudian aku ke WC, tak kusangka WCnya juga bersih dan tak berbau. AKu keluar dan menuju dapur, aku kembali kaget, dapurnya juga bersih, dengan karpet merah yang sangat indah. Aku keluar lalu menuju salon. Aku kembali tercengang, salonnya luas ternyata dengan tata dekorasi yang sangat nyaman dipandang. Perpaduan warna karpet, sofa dan tembok sangat memanjakan mata.

Setelah puas aku kembali ke kamar, tiba-tiba ada abiku masuk kamar, dia belum aku kenal, setelah kutanya namanya Ahmed. Dia lumayan lancar berbicara bahasa Inggris, namun beberapa kali dia menyelipkan kosa kata turki di pembicaraan kita. Setelah cukup lama ngobrol dia keluar kamarku. Aku diajak sholat Isya’ berjamaah oleh abi-abi baruku, Alhamdulillah ternyata abi-abiku yang baru taat beragama. Aku juga diberi kesempatan untuk Iqamat, dan Iqamatku diterima mereka berdua. Setelah sholat Isya’, sekarang aku merasa haus dan kedingingan, kepalaku juga terasa sangat pusing. Aku ambil enervon C yang aku bawa dari Indonesia, aku minum satu tablet dengan air keran. Lagi-lagi harus minum air keran.

Aku ingin membuat teh, saat kusiapkan membuat teh, datang abi yang lainnya lagi. Namanya Ibrahim Abi, dia mengajariku membuat teh, padahal aku sudah bisa membuat teh ala Turki. Tapi tak apalah, itu tandanya dia perhatian, saat aku ke kamar mandi dia juga mengajariku menyalakan saklar lampu. Memang sedikit aneh, mungkin dia pikir aku tak tau tentang hal sesederhana itu. 10 menit kemudian tehku jadi, dan kutuang ke dalam gelas. Lalu kunikmati dikamar, sembari belajar untuk ulangan besok. Tak lupa ku buka kacang kulit yang kubawa dari Indonesia. Aku merasa puas dengan kamar baruku. Aku bisa tenang belajar tanpa ada gangguan. Aku bisa senyaman mungkin di dalam kamar.

Aku mulai merasa kantuk, kubuka sofa menjadi kasur, kutata posisiku senyaman mungkin, kumatikan lampu dan bersiap untuk tidur, namun tiba-tiba datang Fatih Abi, dia mengambilkan kuselimut lagi. Dia sangat perhatian. Bahkan saat itu posisiku sudah tidur, dia memakaikanku selimut. Dia juga mengucapkan iyi geceler, lalu kubalas iyi geceler abi. Dia juga mendoakanku saat keluar dari kamarku. Entah apa yang dia katakan, tapi ada kosakata yang aku dengar jelas, yaitu “Allah..” akhirnya aku matikan lampu kamar dan mulai tertidur pelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ullih Hersandi Urang-kurai